Adab-Adab Pada Hari Jum’at
Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
D. Adab-Adab Pada Hari Jum’at
1. Disunnahkan bagi orang yang hendak menghadiri shalat Jum’at agar mengamalkan beberapa hadits berikut ini:
Dari Salman al-Farisi, dia mengatakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنَ الطُّهْرِ، وَيُدَهِّنُ مِنْ دُهْنِهِ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ، ثُمَّ يَخْـرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ، ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ، ثُمَّ يَنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى.
"Tidaklah seorang laki-laki mandi pada hari Jum’at, lalu bersuci dengan sebaik-baiknya. Setelah itu berminyak rambut atau memakai wangi-wangian dari rumahnya. Kemudian keluar (menuju masjid), tidak memisahkan antara dua orang, lalu shalat sunnah semampunya. Lantas diam ketika imam berkhutbah, melainkan diampuni dosanya antara Jum’at itu dan Jum’at yang lain." [1]
Dari Abu Sa'id Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Barangsiapa mandi pada hari Jum’at, mengenakan baju terbaiknya, dan mengenakan minyak wangi, jika ada. Kemudian menghadiri shalat Jum’at dan tidak melangkahi orang-orang. Setelah itu shalat semampunya lantas diam ketika imam keluar hingga selesai shalat. Maka itu semua adalah penghapus dosa antara Jum’at itu dan Jum’at sebelumnya." [2]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ مَلاَئِكَةٌ يَكْتُبُوْنَ النَّاسَ عَلَى قَدْرِ مَنَازِلِهِمُ اْلأَوَّلُ فَاْلأَوَّلِ، فَإِذَا جَلَسَ اْلإِمَامُ طَوُوا الصُّحُفَ وَجَاؤُوْا يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ، وَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ كَمَثَلِ الَّذِيْ يُهْدِي بَدَنَةً، ثُمَّ كَالَّذِيْ يُهْدِي بَقَرَةً، ثُمَّ كَالَّذِيْ يُهْدِي الْكَبْشَ، ثُمَّ كَالَّذِيْ يُهْدِي الدَّجَاجَةَ، ثُمَّ كَالَّذِيْ يُهْدِي الْبَيْضَةَ.
"Jika hari Jum’at tiba, maka sepada tiap pintu-pintu masjid terdapat para Malaikat. Mereka mencatat orang-orang berdasarkan kedudukan mereka. Yang datang pertama mendapat kedudukan pertama. Jika imam duduk, maka mereka menutup lembar catatan dan masuk untuk mendengar dzikir (khutbah). Perumpamaan orang yang datang di awal waktu ibarat orang yang berkurban dengan unta. Setelah itu seperti orang yang berkurban dengan sapi. Kemudian seperti orang yang berkurban dengan domba. Lalu seperti orang yang berkurban dengan ayam. Berikutnya lagi seperti orang yang berkurban telur." [3]
2. Beberapa Dzikir Dan Do’a Yang Disunnahkan Pada Hari Jum’at:
a. Memperbanyak shalawat dan salam atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam
Dari Aus bin Aus, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَفْضَلَ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيْهِ قُبِضَ، وَفِيْهِ النَّفْخَةُ، وَفِيْهِ الصَّعِقَةُ، فَأَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ، فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَكَيْفَ تُعْرِضُ عَلَيْكَ صَلاَتَنَا وَقَدْ أَرَمْتَ؟ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ k حَرَّمَ عَلَى اْلأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ اْلأَنْبِيَاءِ.
"Sesungguhnya seutama-utama hari kalian adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan. Pada hari itu pula sangkakala (kedua) ditiup dan manusia dimatikan (tiupan sangkakala pertama.-ed.) pada hari itu perbanyaklah mengucap shalawat atasku. Karena sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami sampai kepada engkau, padahal jasad engkau telah rusak?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan bumi memakan (merusak) jasad para Nabi." [4]
b. Membaca surat al-Kahfi
Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِيْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ النُّوْرُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ.
"Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at, maka terdapat cahaya yang meneranginya di antara dua Jum’at." [5]
c. Memperbanyak do’a sambil mengharap waktu yang mustajab
Dari Jabir Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
يَوْمُ الْجُمُعَةِ اِثْنَتَـا عَشْرَةَ سَاعَةً، لاَ يُوْجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ k شَيْئًا إِلاَّ اَتَاهُ إِيَّاهُ، فَالْتَمِسُوْهَا آخِرَ سَـاعَةٍ بَعْدَ صَلاَةِ الْعَصْرِ.
"Hari Jum’at terdiri dari dua belas waktu. Tidak ada seorang hamba muslim pun yang saat itu meminta pada Allah melainkan Allah mengabulkannya. Carilah ia (waktu yang mustajab) di akhir waktu tersebut, yaitu setelah shalat 'Ashar." [6]
3. Shalat Jum’at di masjid jami'
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Dulu pada hari Jum’at orang-orang berbondong-bondong dari rumah-rumah mereka dan dataran tinggi..."[7]
Dari az-Zuhri rahimahullah, "Dahulu penduduk Dzul Hulaifah berkumpul bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal jaraknya enam mil dari Madinah."[8]
Dari 'Atha' bin Abi Rabbah rahimahullah, dia berkata, "Dahulu penduduk Mina menghadiri shalat Jum’at di Makkah." [9]
Al-Hafizh berkata dalam at-Talkhish (II/55), "Tidak ada riwayat yang mengatakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkan seseorang mendirikan shalat Jum’at di beberapa masjid di Madinah. Tidak pula di desa-desa terdekat."
4. Hari raya (‘Idul Fithri dan ‘Idul Adh-ha) bertepatan dengan hari Jum’at [10]
Jika hari raya terjadi (bertepatan) pada hari Jum’at, maka gugurlah kewajiban shalat Jum’at bagi yang telah melakukan shalat ‘Id.
Dari Zaid bin Arqam Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Nabi Shallallahu 'alaihi shalat ‘Id kemudian memberi keringanan dalam shalat Jum’at. Beliau bersabda:
مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ.
"Barangsiapa ingin shalat, maka shalatlah."[11]
Disunnahkan agar imam mendirikan shalat Jum’at agar orang yang ingin melaksanakannya dan orang yang tidak shalat ‘Id melaksanakannya
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَدِ اجْتَمَعَ فِـيْ يَوْمِكُمْ هذَا عِيْدَانِ، فَمَنْ شَـاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ، وَإِنَّا مُجَمِّعُوْنَ.
"Pada hari ini telah berlangsung dua hari raya. Barangsiapa telah melakukan shalat ‘Id, maka dia boleh meninggalkan shalat Jum’at. Namun, kami akan melakukan shalat Jum’at." [12]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Shahih: [Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 7736)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/370 no. 883).
[2]. Shahih: [Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 6066)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/7 no. 339).
[3]. Shahih: [Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 775)], Shahiih Muslim (II/587 no. 850), Sunan an-Nasa-i (III/98), dan Sunan Ibni Majah (I/347 no. 1092).
[4]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 889)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/370 no. 1034), Sunan Ibni Majah (I/345 no. 1085), dan Sunan an-Nasa-i (III/91).
[5]. Shahih: [Irwaa’ul Ghaliil (no. 626)], Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 6470), Mustadrak al-Hakim (II/368), dan al-Baihaqi (III/249).
[6]. Shahih: Abu Dawud, an-Nasa-i, dan al-Hakim meriwayatkan lafazh ini. Dia berkata: "Shahih berdasarkan syarat Muslim [Shahih at-Targhiib (no. 705)], Shahiih Muslim (II/584 no. 853).
[7]. Muttafaq 'alaihi: [Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/380 no. 1042)], secara ringkas, ini adalah bagian dari hadits panjang yang diriwayatkan dalam Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/385 no. 902), dan Shahiih Muslim (II/ 581 no. 847).
[8]. Al-Baihaqi (III/175).
[9]. Al-Baihaqi (III/175).
[10]. Fiqhus Sunnah (I/267).
[11]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibnu Majah (no. 1082)], Sunan Abu Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/407 no. 1057), dan Sunan Ibni Majah (I/415 no. 1310).
[12]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibnu Majah (no. 1083)], Sunan Abu Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/410 no. 1060), dan Sunan Ibni Majah (I/416 no. 1311), dari hadits Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma.
http://almanhaj.or.id/content/612/slash/0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar