Kamis, 15 Maret 2012

Agar cinta tetap bersemi


Agar cinta tetap bersemi

 Sahabat,

 Tak salah jika kita berdoa memohon pasangan yang sempurna,

 Tetapi pada saat yang sama kita juga harus melapangkan dada untuk menerima kekurangan.

 Kita boleh memancangkan harapan, tapi kita juga perlu bertanya apa yang sudah kita persiapkan agar layak mendampingi pasangan idaman.

 Sahabat,

 Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai keinginan untuk memperbaiki kehidupan kita, rumah tangga kita, serta pasangan kita.

 Akan tetapi, semakin besar harapan kita dalam pernikahan semakin sulit kita mencapai kebahagiaan dan kemesraan.

 Sebaliknya, semakin tinggi komitmen pernikahan kita akan semakin lebar jalan yang terbentang untuk memperoleh kebahagian dan kepuasan.


 Sahabat,

 Apa bedanya harapan dan komitmen?

 Apa pula pengaruhnya terhadap keutuhan rumah tangga kita?


 Harapan terhadap perkawinan menunjukkan apa yang ingin kita dapatkan dalam perkawinan. Bila kita memiliki harapan perkawinan yang sangat besar, sulit bagi kita untuk menerima pasangan apa adanya. Kita akan selalu melihat dia penuh kekurangan. Jika kita menikah karena terpesona oleh penampilan fisiknya, maka kita akan segera kehilangan kemesraan sehingga tidak bisa berlemah lembut begitu pasangan kita sudah tidak memikat lagi.


 Sementara itu, komitmen perkawinan lebih menunjukkan rumah tangga seperti apa yang ingin kita bangun. Kerelaan untuk menerima kekurangan, termasuk mengikhlaskan hati menerima kekurangannya membuat kita lebih mudah mensyukuri perkawinan.


 Sahabat,

 Jika kita melapangkan hati untuk menerima perbedaan, maka kita akan menemukan banyak persamaan.

 Dengan menerima perbedaan, maka akan lebih mudah bagi kita untuk melihat kebaikan-kebaikannya.


 Sahabat,

 mari kita memberi perhatian yang hangat pada pasangan kita,

 menerima pasangan kita tanpa syarat,

 dan, ungkapkanlah semua itu dengan kata-kata yang indah



 Sahabat,

 terimalah ia apa adanya

 terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati

 maka akan kita temukan cinta yang bersemi indah

 Setelah itu, mari kita berupaya memperbaiki dan bukan menuntut untuk sempurna.

 Bukankah kita sendiri mempunyai kekurangan, mengapa kita sibuk menuntut pasangan untuk sempurna?


 Sahabat, mari kita simak sebuah puisi di bawah ini;

 suami yang menikahi kamu tidaklah semulia Rasulullah

 tidaklah setakwa Ibrahim as

 tidak pula setabah Ayub as,

 segagah Musa as

 apalagi setampan Yusuf as

 justru suamimu hanyalah pria akhir zaman yang punya cita-cita membangun keturunan yang sholeh,

 suami yang ingin menjadi pelindung, kamu penghuninya,

 suami adalah nahkoda, kamu adalah navigatornya

 suami bagaikan balita yang nakal, kamu adalah penuntun kenakalannya

 saat suami menjadi raja, kamu nikmati anggur singgasananya

 ketika suami menjadi bisa, kamulah penawar obatnya

 seandainya suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatkannya

 pernikahan mengajar kita perlunya iman dan takwa,

 untuk belajar meniti sabar dan ridho Allah karena memiliki suami yang tak segagah mana justru kamu akan tersentak,

 karena kamu bukanlah Khadijah yang begitu sempurna

 bukanlah Hajar yang begitu setia dalam sengsara

 kamu hanyalah wanita akhir zaman yang berusaha menjadi sholehah……


 Sahabat,

 Ada amanat yang harus kita emban ketika kita menikah.

 Ada ruang untuk saling berbagi.

 Ada ruang untuk saling memperbaiki.

 Dan bukan saling mengeluhkan, atau menyebut-nyebut kekurangan.

 Pahamilah kekhilafannya agar ia merasa ringan dalam memperbaiki, meski bukan berarti kita lantas membiarkan kesalahan.

 Berikanlah dukungan dan kehangatan kepadanya sehingga ia berbesar hati menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan.

 Tunjukkanlah bahwa kita memang sangat menghargainya, menerimanya dengan tulus, mau mengerti dan bersemangat mendampinginya.

 Terimalah ia apa adanya.

 Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan kita temukan cinta yang bersemi indah.


 Sahabat,

 Cukup banyak hal sepele yang tampaknya kita anggap telah kita berikan tetapi ternyata hal itu jauh meleset dari dugaan.

 Kita bukan mendengar pasangan tetapi mendengar diri sendiri,

 kita bukan memberi solusi tapi malah menambah materi.

 Kita bukan memberi jalan keluar alih-alih menghakimi.

 Kita bukan memberikan jawaban, tetapi malah memberikan pertanyaan.

 Kita bukan meringankan tetapi malah memberatkan.

 Benarkah?

 Sahabat,

 kekayaan itu ada di jiwa

 dan keping kekayaan itu dimulai dari ketulusan menerima.

 dengan kekayaan jiwa kita akan lebih mudah memberikan empati,

 lebih mudah untuk memahami,

 lebih mudah untuk berbagi

 dan

 lebih mudah mendengar dengan sepenuh hati.


 Sahabat,


 Hari ini, ketika kita bermimpi tentang sebuah pernikahan yang romantis sementara ikatan batin di antara kita dan pasangan begitu rapuh,

 sudahkah kita berterima kasih kepadanya?

 Sudahkah kita meminta maaf atas kesalahan kesalahan kita?

 Jika belum, mulailah dengan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita dan ungkapkan sebuah panggilan sayang untuknya.

 Mulailah dari yang paling mudah,

 hatta yang paling remeh atau kecil sekalipun.

 Agar cinta bersemi dalam keluarga kita, agar cinta senantiasa berbunga dalam kehidupan kita.

 Semoga Allah melindungi kita dari mempersoalkan perbedaan tanpa memahaminya.

 Semoga Allah menjauhkan kita dari kesibukan yang membinasakan.

 Semoga Allah pula kelak mengukuhkan ikatan perasaan di antara kita dengan kasih sayang, ketulusan, dan kerelaan menerima perbedaan.



 millis..


 )I( bunda suci umi adam )I(



 Referensi Lainnya : http://​kembanganggrek2.blogspot.co​m/




 Semoga bermanfaat



 Salam Ukhuwah fillah


 (Arif Ashadi Rindu Ibu)

~CANTIKKU HANYA UNTUK SUAMIKU~


~CANTIKKU HANYA UNTUK SUAMIKU~

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

 `*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhumღAmiin ya Rabbal'alamin.

 Cantiknya Seorang Wanita Muslimah..Mungkin pada sepasang matanya yang hening yang selalu menjeling tajam atau yang kadang kala malu-malu memberikan kerlingan manja. Boleh jadi pada bibirnya yang tak jemu-jemu menyerlahkan senyuman manis, atau yang sekali-sekala memberikan kucupan mesra di dahi umi juga, ayah, suami dan pipi munggil anak-anak. Atau mungkin juga pada derai tawanya yang gemersik dan suara manjanya yang boleh melembut sekaligus melembutkan perasaan.Sejuta perkataan belum cukup untuk menceritakan kecantikan perempuan. Sejuta malah berjuta-juta kali ganda perkataan pun masih belum cukup untuk mendefinisikan tentang keindahan perempuan. Kitalah perempuan itu. Panjatkan kesyukuran kehadirat Allah subhana wata'ala kerana menjadikan kita perempuan dan memberikan keindahan-keindahan itu. Namun, betapa pun dijaga, dipelihara, dibelai dan ditatap di hadapan cermin saban waktu, tiba masanya segalanya akan pergi jua. Wajah akan suram, mata akan kelam. Satu saja yang tidak akan dimakan usia,sifat keperempuanan yang dipupuk dengan Iman dan Ibadah.

 Anda ingin lebih cantik dan menarik ??

 # Jadikanlah Ghadhdul Bashar (menundukkan pandangan) sebagai "Hiasan mata" anda, niscaya akan semakin bening dan jernih.

 # Oleskan "Lipstik kejujuran" pada bibir anda, niscaya akan semakin manis.

 # Gunakanlah "Pemerah pipi" anda dengan kosmetik yang terbuat dari rasa malu yang dibuat dari salon Iman.

 # Pakailah "sabun Istighfar" yang menghilangkan semua dosa dan kesalahan yang anda lakukan.# Rawatlah rambut anda dengan "Selendang Islami" yang akan menghilangkan kelemumur pandangan lelaki yang membahayakan

 # Hiasilah kedua tangan anda dengan gelang Tawadhu' dan jari-jari anda dengan cincin Ukhuwwah.

 # Sebaik-baiknya kalung anda adalah kalung "Kesucian".

 # Bedaklah wajah anda dengan "Air Wudhu" niscaya akan bercahaya di akhirat.

 Bismillahir-Rahmanir-Rahim​.... Mempercantik diri bagiku sebagai seorang wanita adalah lumrah, sekalipun Allah telah menciptakan kaumku, Binti Hawa, dalam bentuk yang cantik lagi menarik, yang aku maksud dengan mempercantik diri adalah upaya untuk mempertahankan kecantikanku itu sebagai sebuah anugerah dari sang Maha Kuasa. Tetapi dalam hal ini aku tidak berlebih-lebihan dan memaksakan diri, wajar dan natural saja, aku tidak merasa perlu ke salon karena hal itu perlu ongkos yang kalau disedekahkan akan lebih berguna, atau buat beli jajan anak-anak saja, biar mereka lebih gembira, di samping itu di sana aku tidak merasa aman dari pandangan laki-laki asing, sekalipun salon tersebut katanya adalah salon khusus muslimah, tetapi siapa yang menjamin, aku teringat sebuah sabda Rasulullah saw yang intinya bahwa wanita manapun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya maka dia telah mencabik-cabik perlindungan Allah atas dirinya, naudzubillah, aku tidak mau hal itu menimpaku.

 Aku merasa cukup dengan upayaku sendiri, caraku sendiri yang aku baca dari beberapa majalah wanita Islam atau tabloid, cara-cara alami dan natural dalam merawat kecantikan, misalnya dengan membuat masker dari buah-buahan: bengkoang, mentimun, alpukat dan buah-buah segar lainnya, aku melakukan itu secara berkala untuk untuk menjaga agar kulitku tetap segar, khususnya wajah agar tetap kencang dan menawan. Aku juga rajin membuat jus buah dan meminumnya, plus sayuran hijau yang kata ahli kesehatan bermanfaat bagi tubuh.

 Bagiku menjaga kecantikan berarti menjaga kesehatan, mana bisa cantik kalau tidak sehat, ada satu rahasia yang ingin aku bagi kepada sesama Binti Hawa, aku berusaha menjaga kesehatan dengan selalu minum madu secara rutin, hampir tiada hari tanpa minum madu dan alhmadulillah aku tetap sehat, aku teringat sebuah ayat dalam al-Qur`an yang menyatakan bahwa madu adalah kesembuhan, dan aku pun teringat bahwa Rasulullah saw mengajak kaum muslimin untuk mencari kesembuhan pada madu, inilah yang memotivasiku untuk selalu minum madu.

 Aku sadar bahwa cantik itu bersih, maka aku berusaha menjaga kebersihan tubuhku dengan mandi mininal pagi dan sore, memperhatikan daerah-daerah kotor dengan menggosoknya sebersih-bersihnya, kebersihan rambut aku jaga setiap dua atau tiga hari sekali, kebersihan mulut aku lakukan dengan berkumur pada saat berwudhu dan sebelum beranjak tidur sekaligus berwudhu dan sesudah bangun dari tidur dengan menggosok gigi. Kedua tangan dan kedua kakiku selalu aku cuci selesai melakukan atau memegang sesuatu, kuku-kuku keduanya tidak luput dari perhatianku, aku tidak suka merawat kuku tangan seperti yang dilakukan oleh sebagian kaumku sehingga ia panjang seperti kuku binatang buas, selain bisa menjadi sarang kuman juga bisa menghalangiku untuk melakukan beberapa aktifitas rumahku seperti mencuci dan lainnya, lebih dari semua itu bahwa yang demikian itu tidak sejalan dengan fitrah yang digariskan oleh Rasulullah saw.

 Aku tahu bahwa cantik itu tidak sejalan dengan bau tubuh yang tidak sedap, untuk menjaga ini, selain aku mandi dengan benar secara rutin, aku juga membuang sarang bau tidak sedap pada tubuh, ketiak yang menjadi salah satu biang bau kurang sedap selalu menjadi perhatianku dengan membuang bulu yang tumbuh di sana, sebagai muslimah aku tahu Nabi saw menganjurkan hal itu, terkadang aku memakai satu dua semprotan pengharum badan selesai mandi dan aku yakin tidak akan keluar rumah, tetapi kalau aku yakin akan keluar rumah karena ada hajat untuk itu maka aku tidak memakainya, karena aku tahu agamaku melarangku sebagai wanita untuk meninggalkan rumahnya dalam keadaan tubuh berbau harum, aku tidak mau menjadi pemicu fitnah bagi kaum laki-laki.

 Pakaian di rumah juga aku perhatikan, aku tidak boleh memakai baju yang kotor atau berbau apek, sekalipun koleksi baju rumahku tidak banyak, namun aku selalu menjaga agar bajuku tetap segar dan bersih, untuk urusan yang satu ini aku lebih cenderung kepada suami, maksudku pada saat membeli baju rumah, pendapat suamiku adalah nomor satu, jika dia bilang suka maka aku tersenyum mengiyakan, sebaliknya kalau dia tidak suka maka aku pun meninggalkannya, pada saat aku memakai sebuah baju, lalu suamiku memintaku untuk menggantinya dengan baju yang lain, maka aku akan menggantinya sekalipun ia masih bersih, toh tetap bisa dipakai ketika dia tidak rumah, aku tahu ada baju favorit bagi suamiku, dia paling suka kalau aku memakai baju tertentu, maka aku bersuaha sesering mungkin memakainya.

 Aku juga tahu bahwa semua itu adalah kecantikan lahir, sekalipun penting namun tidak kalah dengannya adalah kecantikan sisi lain yaitu melalui akhlak mulia dan ilmu agama. Di mana cantiknya pada saat akhlak buruk menghiasi diri: ucapan dusta, ghibah, namimah, hasad, tamak dan akhlak buruk lainnya? Di mana cantiknya sebagai wanita muslimah kalau ternyata tidak mengerti perkara-perkara dasar dalam agamanya? Oleh karena itu aku selalu berusaha untuk menghiasi diri dengan akhlak dan budi pekerti mulia, plus upaya menambah ilmu agama melalu membaca, bertanya dan menghadiri majlis ilmu.

 Satu hal yang ingin aku katakan kepada saudari-saudariku, bahwa aku melakukan semua itu adalah demi suamiku dan hanya untuk suamiku, ya cantikku memang hanya untukmu suamiku seorang, aku ingin tulus kepada suamiku, aku tidak ingin membagi sedikit pun dari kecantikanku kepada orang lain karena hal itu tidak patut, aku dan diriku hanya untuknya, maka demikian pula kecantikanku. Aku tidak ingin mengikuti sebagain wanita yang justru ingin terlihat cantik dengan berdandan habis manakala hendak keluar rumah untuk hajat ini dan itu, para wanita yang bersolek bukan untuk suaminya, aku melihat mereka adalah para istri yang tidak tulus kepada suami mereka, karena mereka telah membagi apa yang seharusnya menjadi hak murni suami kepada orang lain, kasihan suami mereka, tetapi bagaimana lagi, yang terjadi justru suami mereka memang mendiamkan atau mengizinkan. Wallahu a’lam. (Izzudin Karimi)

 Hakikat Kecantikan seorang muslimah...

 Setiap wanita selalu menginginkan dirinya selalu tampil cantik. Seakan kecantikan seperti telah menjadi sebuah keharusan untuk diri seorang wanita.Kecantikan umumnya tidak bisa dilepaskan dari perhiasan, kosmetik, mode, cara berjalan, cara tersenyum, dan beragam cara-cara agar cantik.Kecantikan dan keindahan merupakan salah satu fitrah yang dimiliki setiap wanita.

 Cantik dan perasaan ingin cantik adalah nikmat dari Allah swt yang diberikan kepada setiap wanita.Oleh karena itu, kecantikan dan apapun yang ada pada diri wanita sesungguhnya anugerah sekaligus ujian (fitnah).Cantik yang alami dan agung sebenarnya adalah yang terpancar dari dalam hati atau jiwa manusia itu sendiri. Seperti nilai keikhlasan, kesabaran, kejujuran, dan suka menolong makhluk ciptaan-Nya.Ibu Abbas berkata :" Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya di dalam hati, membersihkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki dan menumbuhkan rasa cinta dihati manusia kepada-Nya. (Tafsir ibnu Katsir)

 Secantik apapun wanita itu manakala perilaku dan akhlaknya rusak, maka lunturlah kecantikannya.Ketika seorang muslimah yang shalihah memahami akan hakikat kehidupan di dunia ini, maka hatinya senantiasa dipenuhi kerinduan kepada Allah SWT. hatinya di liputi oleh keimanan dan selalu berusaha memurnikan ibadahnya kepada Allah . Hatinya selalu takut dan terikat dengan Rabb nya.InsyaAllah

 ♥ SEMOGA BERMANFAAT ♥

 Barakallaahu fiykum wa jazzakumullah khoir

https://www.facebook.com/pages/Ya-Allah-Ijinkan-Hamba-Menggelar-Sajadah-Bersamanya/253238754715845

Rabu, 14 Maret 2012

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Wahai ukhty ku , coba fahami peringatan ini :

1. Urusan pertama yang ditanyakan pada hari akhirat nanti ialah mengenai solat dan mengenai urusan suaminya (apakah ia menjalankan kewajipannya atau tidak).



2. Apabila wanita itu lari dari rumah suaminya maka tidak diterima solatnya sehingga kembali ia dan menghulurkan tangannya kepada suaminya (meminta ampun).



3. Mana-mana perempuan yang memakai bau-bauan kemudian ia keluar melintasi kaum lelaki ajnabi agar mereka tercium bau harumnya maka dia adalah perempuan zina dan tiap-tiap mata yang memandang itu adalah zina.



4. Sebaik-baik wanita ialah tinggal di rumah, tidak keluar kecuali atas urusan yang mustahak. Wanita yang keluar rumah akan dipesonakan oleh iblis. Sabda Nabi s.a.w., "Perempuan itu aurat, maka apabila ia keluar mendongak syaitan memandang akan dia."



5. Haram bagi wanita melihat lelaki sebagaimana lelaki haram melihat wanita yang halal nikah (kecuali dalam urusan menuntut ilmu dan berjual beli).



6. Diriwayatkan bahawa pada suatu hari ketika Rasulullah s.a.w. bersama isteri-isterinya (Ummu Salamah r.ha. dan Maimunah r.ha.), datang seorang sahabat yang buta matanya (Ibnu Maktum) Rasulullah s.a.w. menyuruh isteri-isterinya masuk ke dalam. Bertanya Ummu Salamah, "Bukankah orang itu tidak dapat melihat kami, Ya Rasulullah ?" Rasulullah s.a.w. menjawab, "Bukankah kamu dapat melihatnya."



7. Perempuan yang melabuhkan pakaian dalam keadaan berhias (bukan untuk suami dan mahramnya) adalah seumpama gelap-gelita pada hari Qiamat tiada Nur baginya.



8. Mana-mana wanita yang bermasam muka menyebabkan tersinggung suaminya, maka wanita itu dimurkai Allah sehingga ia bermanis muka dan tersenyum mesra pada suaminya.



9. Tidak boleh seorang isteri mengerjakan puasa sunat kalau suaminya ada di rumah serta tidak mengizinkan dia berpuasa.



10. Hendaklah isteri berpuas hati (redha) dengan suaminya yang telah dijodohkan oleh Allah, sama ada miskin atau kaya.



11. Perempuan tidak berhak keluar dari rumahnya melainkan jika terpaksa(kerana sesuatu urusan yang mustahak) dan ia juga tidak berhak melalui jalan lalu lalang melainkan di tepi-tepinya.



12. Apabila memanggil lelaki akan isterinya ke tempat tidur tetapi ditolaknya hingga marahlah suaminya, akan tidurlah wanita itu dalam laknat oleh malaikat ke pagi.



13. Wanita-wanita yang menggunakan lidahnya untuk menyakiti hati suaminya, ia akan mendapat laknat dan kemurkaan Allah, laknat malaikat juga laknat manusia sekalian.



14. Tidak harus seseorang manusia sujud kepada manusia dan jika diharuskan, maka akan aku perintahkan semua kaum wanita sujud pada suaminya kerana membesarkan dan memuliakan hak-hak suami mereka.



15. Wanita yang menyakiti hati suaminya dengan lidahnya pada hari Qiamat nanti Allah jadikan lidahnya sepanjang 70 hasta kemudian diikat ke belakang lehernya.




16. "Aku lihat api neraka, tidak pernah aku lihat seperti hari ini, kerana ada pemandangan yang dahsyat di dalamnya. Telah aku saksikan kebanyakan ahli neraka ialah wanita." Rasulullah s.a.w. ditanyai, "Mengapa demikian Ya Rasulullah?" Jawab Rasulullah s.a.w. "Wanita mengkufurkan suaminya dan mengkufurkan ehsannya. Jika engkau berbuat baik kepadanya seberapa banyak pun dia masih belum rasa berpuas hati dan cukup."




17. "Kebanyakan ahli neraka adalah terdiri dari kaum wanita." Maka menangislah mereka dan bertanya salah seorang daripada mereka, "Mengapa terjadi demikian, adakah kerana mereka berzina atau membunuh anak atau kafir?" Jawab Nabi s.a.w. "Tidak, mereka ini ialah mereka yang tidak bersyukur akan nikmat suaminya, sesungguhnya tiap-tiap seorang kamu adalah dalam nikmat suaminya."




18. Keadaan wanita 10 kali ganda seorang lelaki di dalam neraka dan 2 kali ganda seorang lelaki di dalam syurga.




19. "Kebanyakan wanita itu adalah isi neraka dan kayu api." Hazrat Aishah bertanya, "Mengapa wahai Rasulullah s.a.w.?" Jawab Rasulullah s.a.w.:


i. Kerana kebanyakan perempuan itu tidak sabar dalam menghadapi kesusahan, kesakitan dan cubaan seperti kesakitan melahirkan anak, mendidik anak-anak dan melayani suami serta melakukan kerja-kerja rumah.

ii. Tiada memuji (bersyukur) di atas kemurahan Allah yang didatangkan melalui suaminya. (Jarang terdapat orang perempuan yang mahu mengucapkan terima kasih di atas pemberian suaminya.)

iii. Sering mengkufurkan (ingkar) terhadap nikmat Allah. (Contohnya: Apabila berlaku sesuatu pertengkaran ada isteri yang berkata sudah 10 tahun kahwin dengan awak tidak ada apa-apa pun.)

iv. Gemar bercakap perkara yang sia-sia yang berdosa. (Contohnya: Bercakap mengenai perabot-perabot rumah yang tidak perlu dan mengumpat.)

v. Kurang akal dan kurang ilmu pengetahuannya dalam agama iaitu mereka sering tertipu atau terpengaruh dengan pujuk rayu lelaki,rakan-rakan, alam sekeliling dan suasana serta kemewahan lahiriah.




20. Dari Ali bin Abi Talib r.a.: Aku dengar Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tiga golongan dari umatku akan mengisi neraka jahanam selama 7 kali umur dunia. Mereka itu adalah:"

a. Orang yang gemuk tapi kurus
b. Orang yang berpakaian tetapi telanjang
c. Orang yang alim tapi jahil

* Adapun yang gemuk tapi kurus itu ialah wanita yang sihat tubuh badannya tetapi kurang ibadat.
* Orang yang berpakaian tetapi telanjang ialah wanita yang cukup pakaiannya tetapi tidak taat agama.
* Orang yang alim tapi jahil ialah ulama yang menghalalkan yang haram kerana kepentingan peribadi.

21. Asma' binti Karizah Fazari r.ha. diriwayatkan telah berkata kepada puterinya pada hari perkahwinan anaknya itu, "Wahai anakku, kini engkau akan keluar dari sarang di mana engkau dibesarkan. Engkau akan berpindah ke sebuah rumah dan hamparan yang belum engkau kenali. Itulah suami mu. Jadilah engkau tanah bagi suami mu (taat perintahnya) dan ia akan menjadi langit bagi mu (tempat bernaung). Jadilah engkau sebagai lantai supaya ia dapat menjadi tiangnya. Jangan engkau bebani dia dengan berbagai kesukaran kerana itu akan memungkinkan ia meninggalkan mu. Kalau ia mendekatimu, dekatilah ia dan jika ia menjauhi mu maka jauhilah ia dengan baik. Peliharalah benar-benar suami mu itu akan hidungnya, pendengarannya, matanya dan lain-lain. Janganlah pula ia mendengar melainkan yang enak dan janganlah ia melihat melainkan yang indah sahaja pada dirimu.




22. Pesanan Luqman kepada anaknya, "Sepanjang hidupku, aku hanya memilih 8 kalimah dari pusaka para Nabi yang lalu iaitu:"

a. Apabila engkau sedang solat kepada Allah SWT maka jagalah baik-baik fikiran mu.
b. Apabila engkau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandangan mu.
c. Apabila engkau berada di tengah-tengah majlis maka jagalah lidah mu.
d. Apabila engkau hadir dalam jamuan makan maka jagalah perangai mu.
e. Ingat kepada Allah SWT
f. Lupakan budi baik mu pada orang lain.
g. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadap mu.
h. Ingat kepada mati.




23. Perkara-perkara yang menjadikan wanita itu derhaka kepada suaminya seperti tersebut di dalam kitab Muhimmah:

a. Menghalang suami dari bersuka-suka dengan dirinya sama ada untuk jimak atau menyentuh mana-mana bahagian tubuhnya.
b. Keluar rumah tanpa izin suami sama ada ketika suami ada di rumah atau pun tidak.
c. Keluar rumah kerana belajar ilmu yang bukan ilmu Fardhu Ain.
Dibolehkan keluar untuk belajar ilmu Fardhu Ain jika suaminya tidak mampu mengajar.
d. Enggan berpindah (berhijrah) bersama suaminya.
e. Mengunci pintu, tidak membenarkan suami masuk ke rumah ketika suami ingin masuk.
f. Memasam muka ketika berhadapan dengan suami.
g. Minta talak.
h. Berpaling atau membelakangi suami ketika bercakap.
i. Menyakiti hati suami sama ada dengan perkataan atau perbuatan.
j. Meninggalkan tempat tidur tanpa izin.
k. Membenarkan orang lain masuk ke dalam rumah sedangkan ia tidak disukai oleh suaminya.




24. Wajib bagi wanita:

a. Mengekalkan malu pada suaminya.
b. Merendahkan (menundukkan) mata ketika berpandangan.
c. Mengikut kata-kata dan suruhannya.
d. Dengar dan diam ketika suami berkata-kata.
e. Berdiri menyambut kedatangannya.
f. Berdiri menghantar pemergiannya.
g. Hadir bersamanya ketika masuk tidur.
h. Memakai bau-bauan yang harum untuk suaminya.
i. Membersihkan dan menghilangkan bau mulut untuk suaminya.
j. Berhias ketika hadirnya dan tinggalkan hiasan ketika tiadanya.
k. Tiada khianat ketika tiada suaminya.
l. Memuliakan keluarga suaminya.
m. Memandang pemberian suaminya yang kecil sebagai besar dan berharga.
n. Ketahuilah, syurga dan neraka bagi seorang wanita itu bergantung pada redha atau tidaknya suami padanya.




SEMOGA ARTIKEL INI BERMANFAAT , DAN BISA KITA AMALKAN

Selasa, 13 Maret 2012

Ada Beberapa Sebab Utama Yang Bisa Membuat Seseorang Tetap Teguh Dalam Keimanan.

Ada Beberapa Sebab Utama Yang Bisa Membuat Seseorang Tetap Teguh Dalam Keimanan.

 Pertama: Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar.

Allah Ta’ala berfirman,
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)

Tafsiran ayat “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh …” dijelaskan dalam hadits berikut.

“Jika seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka inilah tafsir ayat: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.“

Qotadah As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan sholih. Sedangkan di akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur (ketika menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, pen).” Perkataan semacam Qotadah diriwayatkan dari ulama salaf lainnya.

Mengapa Allah bisa teguhkan orang beriman di dunia dengan terus beramal sholih dan di akhirat (alam kubur) dengan dimudahkan menjawab pertanyaan malaikat “Siapa Rabbmu, siapa Nabimu dan apa agamamu”? Jawabannya adalah karena pemahaman dan pengamalannya yang baik dan benar terhadap dua kalimat syahadat. Dia tentu memahami makna dua kalimat syahadat dengan benar. Memenuhi rukun dan syaratnya. Serta dia pula tidak menerjang larangan Allah berupa menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, yaitu berbuat syirik.

Oleh karena itu, kiat pertama ini menuntunkan seseorang agar bisa beragama dengan baik yaitu mengikuti jalan hidup salaful ummah yaitu jalan hidup para sahabat yang merupakan generasi terbaik dari umat ini. Dengan menempuh jalan tersebut, ia akan sibuk belajar agama untuk memperbaiki aqidahnya, mendalami tauhid dan juga menguasai kesyirikan yang sangat keras Allah larang sehingga harus dijauhi. Oleh karena itu, jalan yang ia tempuh adalah jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam beragama yang merupakan golongan yang selamat yang akan senantiasa mendapatkan pertolongan Allah.

Kedua: Mengkaji Al Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya.

Allah menceritakan bahwa Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang-orang beriman dan Al Qur’an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah Ta’ala berfirman,

“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril)[11] menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)

Oleh karena itu, Al Qur’an itu diturunkan secara beangsur-angsur untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana terdapat dalam ayat,

“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al Furqon: 32)

Al Qur’an adalah jalan utama agar seseorang bisa terus kokoh dalam agamanya. Alasannya, karena Al Qur’an adalah petunjuk dan obat bagi hati yang sedang ragu. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

“Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushilat: 44). Qotadah mengatakan, “Allah telah menghiasi Al Qur’an sebagai cahaya dan keberkahan serta sebagai obat penawar bagi orang-orang beriman." Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut, “Katakanlah wahai Muhammad, Al Qur’an adalah petunjuk bagi hati orang beriman dan obat penawar bagi hati dari berbagai keraguan.”

Oleh karena itu, kita akan saksikan keadaan yang sangat berbeda antara orang yang gemar mengkaji Al Qur’an dan merenungkannya dengan orang yang hanya menyibukkan diri dengan perkataan filosof dan manusia lainnya. Orang yang giat merenungkan Al Qur’an dan memahaminya, tentu akan lebih kokoh dan teguh dalam agama ini. Inilah kiat yang mesti kita jalani agar kita bisa terus istiqomah.

Ketiga: Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan syari’at Allah

Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ‘Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun konsekuen dilakukan, itu lebih baik dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja dilakukan. Ingatlah bahwa amalan sedikit yang rutin dilakukan akan melanggengkan amalan ketaatan, dzikir, pendekatan diri pada Allah, niat dan keikhlasan dalam beramal, juga akan membuat amalan tersebut diterima oleh Sang Kholiq Subhanahu wa Ta’ala. Amalan sedikit namun konsekuen dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan berlipat dibandingkan dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja dilakukan.”

Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah amalan yang konsekuen dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar.” Yaitu Ibnu ‘Umar dicela karena meninggalkan amalan shalat malam.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padanya,

“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.”

Selain amalan yang kontinu dicintai oleh Allah, amalan tersebut juga dapat mencegah masuknya virus “futur” (jenuh untuk beramal). Jika seseorang beramal sesekali namun banyak, kadang akan muncul rasa malas dan jenuh. Sebaliknya jika seseorang beramal sedikit namun ajeg (terus menerus), maka rasa malas pun akan hilang dan rasa semangat untuk beramal akan selalu ada. Itulah mengapa kita dianjurkan untuk beramal yang penting kontinu walaupun jumlahnya sedikit.

Keempat: Membaca kisah-kisah orang sholih sehingga bisa dijadikan uswah (teladan) dalam istiqomah.

Dalam Al Qur’an banyak diceritakan kisah-kisah para nabi, rasul, dan orang-orang yang beriman yang terdahulu. Kisah-kisah ini Allah jadikan untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengambil teladan dari kisah-kisah tersebut ketika menghadapi permusuhan orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)

Contohnya kita bisa mengambil kisah istiqomahnya Nabi Ibrahim.

“Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (QS. Al Anbiya’: 68-70)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

“Akhir perkataan Ibrahim ketika dilemparkan dalam kobaran api adalah “hasbiyallahu wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baik tempat bersandar).” Lihatlah bagaimana keteguhan Nabi Ibrahim dalam menghadapi ujian tersebut? Beliau menyandarkan semua urusannya pada Allah, sehingga ia pun selamat. Begitu pula kita ketika hendak istiqomah, juga sudah seharusnya melakukan sebagaimana yang Nabi Ibrahim contohkan. Ini satu pelajaran penting dari kisah seorang Nabi.

Begitu pula kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dalam firman Allah,

“Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.” (QS. Asy Syu’aro: 61-62). Lihatlah bagaimana keteguhan Nabi Musa ‘alaihis salam ketika berada dalam kondisi sempit? Dia begitu yakin dengan pertolongan Allah yang begitu dekat. Inilah yang bisa kita contoh.

Oleh karena itu, para salaf sangat senang sekali mempelajari kisah-kisah orang sholih agar bisa diambil teladan sebagaimana mereka katakan berikut ini.

Basyr bin Al Harits Al Hafi mengatakan,

“Betapa banyak manusia yang telah mati (yaitu orang-orang yang sholih, pen) membuat hati menjadi hidup karena mengingat mereka. Namun sebaliknya, ada manusia yang masih hidup (yaitu orang-orang fasik, pen) membuat hati ini mati karena melihat mereka.“ Itulah orang-orang sholih yang jika dipelajari jalan hidupnya akan membuat hati semakin hidup, walaupun mereka sudah tidak ada lagi di tengah-tengah kita. Namun berbeda halnya jika yang dipelajari adalah kisah-kisah para artis, yang menjadi public figure. Walaupun mereka hidup, bukan malah membuat hati semakin hidup. Mengetahui kisah-kisah mereka mati membuat kita semakin tamak pada dunia dan gila harta. Wallahul muwaffiq.

Imam Abu Hanifah juga lebih senang mempelajari kisah-kisah para ulama dibanding menguasai bab fiqih. Beliau rahimahullah mengatakan,

“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.“

Begitu pula yang dilakukan oleh Ibnul Mubarok yang memiliki nasehat-nasehat yang menyentuh qolbu. Sampai-sampai ‘Abdurrahman bin Mahdi mengatakan mengenai Ibnul Mubarok, “Kedua mataku ini tidak pernah melihat pemberi nasehat yang paling bagus dari umat ini kecuali Ibnul Mubarok.“

Nu’aim bin Hammad mengatakan, “Ibnul Mubarok biasa duduk-duduk sendirian di rumahnya. Kemudian ada yang menanyakan pada beliau, “Apakah engkau tidak kesepian?” Ibnul Mubarok menjawab, “Bagaimana mungkin aku kesepian, sedangkan aku selalu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Maksudnya, Ibnul Mubarok tidak pernah merasa kesepian karena sibuk mempelajari jalan hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Itulah pentingnya merenungkan kisah-kisah orang sholih. Hati pun tidak pernah kesepian dan gundah gulana, serta hati akan terus kokoh.

Kelima: Memperbanyak do’a pada Allah agar diberi keistiqomahan.

Di antara sifat orang beriman adalah selalu memohon dan berdo’a kepada Allah agar diberi keteguhan di atas kebenaran. Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdo’a kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman ketika menghadapi ujian. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir‘. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali ‘Imran: 146-148).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 250)

Do’a lain agar mendapatkan keteguhan dan ketegaran di atas jalan yang lurus adalah,

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 8)

Do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,

“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”

Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,

“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.“
Dalam riwayat lain dikatakan,

“Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya.“

Keenam: Bergaul dengan orang-orang sholih.

Allah menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu menguatkan iman para shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman,

“Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran: 101)

Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”

Para ulama pun memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih.

Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata,

“Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati.“Maksud beliau adalah dengan hanya memandang orang sholih, hati seseorang bisa kembali tegar. Oleh karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang sholih lainnya.

‘Abdullah bin Al Mubarok mengatakan, “Jika kami memandang Fudhail bin ‘Iyadh, kami akan semakin sedih dan merasa diri penuh kekurangan.”

Ja’far bin Sulaiman mengatakan, “Jika hati ini ternoda, maka kami segera pergi menuju Muhammad bin Waasi’.”
Ibnul Qayyim mengisahkan, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”.

Itulah pentingnya bergaul dengan orang-orang yang sholih. Oleh karena itu, sangat penting sekali mencari lingkungan yang baik dan mencari sahabat atau teman dekat yang semangat dalam menjalankan agama sehingga kita pun bisa tertular aroma kebaikannya. Jika lingkungan atau teman kita adalah baik, maka ketika kita keliru, ada yang selalu menasehati dan menyemangati kepada kebaikan.

Kalau dalam masalah persahabatan yang tidak bertemu setiap saat, kita dituntunkan untuk mencari teman yang baik, apalagi dengan mencari pendamping hidup yaitu suami atau istri. Pasangan suami istri tentu saja akan menjalani hubungan bukan hanya sesaat. Bahkan suami atau istri akan menjadi teman ketika tidur. Sudah sepantasnya, kita berusaha mencari pasangan yang sholih atau sholihah. Kiat ini juga akan membuat kita semakin teguh dalam menjalani agama.

Demikian beberapa kiat mengenai istiqomah. Semoga Allah senantiasa meneguhkan kita di atas ajaran agama yang hanif (lurus) ini. Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.

http://axtivis.abatasa.com/post/detail/10930/ada-beberapa-sebab-utama-yang-bisa-membuat-seseorang-tetap-teguh-dalam-keimanan

Tulisan ini untuk kawan-kawan yang lagi dimabuk cinta…


Tulisan ini untuk kawan-kawan yang lagi dimabuk cinta…

Tulisan ini untuk kawan-kawan yang lagi asyik bersiap-siap untuk ngapel…
Tulisan ini untuk kawan-kawan yang lagi asyik mengobral janji…
Tulisan ini untuk kawan-kawan yang lagi asyik pacaran…

Kawan, sebagai seorang muslim ada beberapa hal yang wajib kita yakini dan taati;

1. Islam mengharamkan untuk mendekati perbuatan zina dengan segala macam sarananya, apalagi sampai berzina.
{وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا} [الإسراء: 32]

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al Isra: 32)

Di dalam ayat ini Allah Ta’ala melarang seluruh hamba-Nya untuk berbuat zina dan mendekatinya yaitu dengan melakukan sebab-sebab dan sarana-sarana yang menghantarkan kesana. (Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir ketika menafsiri ayat di atas)

Larangan mendekati zina, lebih keras daripada larangan melakukannya, karena berarti larangannya mencakup seluruh sebab dan sarana yang menghantarkan kepada zina. Karena siapa yang berdiri di sekitar batas terlarang dikhawatirkan akan masuk ke dalamnya. (Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman, karya As Sa’dy ketika menafsiri ayat di atas)

Ayat di atas juga, mengabarkan bahwa zina adalah perbuatan jenis fahisyah, yang maknanya adalah yang perbuatan yang buruk menurut syari’at Islam, akal dan fitrah manusia, karena di dalamnya terdapat sikap lancang terhadap hak Allah Ta’ala, hak pasangannya dan pengrusakan terhadap hubungan suci dan tercampurnya keturunan. (Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman, karya As Sa’dy ketika menafsiri ayat ini)

2. Islam mengharamkan lelaki berduaan dengan wanita yang bukan mahram, tanpa ada seorang manusiapun yang melihat.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ » .

Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak boleh sekali-kali seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita kecuali bersama dengan mahram”. (HR. Bukhari)
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رضي الله عنه: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: « لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

».

Artinya: “Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak boleh sekali-kali seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita melainkan ketiganya adalah setan”. (HR. Ahmad)

3. Islam mengharamkan lelaki menatap wanita yang bukan mahram dan sebaliknya.
{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ…} [النور: 30، 31]

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menjaga pandangannya…”. (QS. An Nur: 30-31)

Di dalam ayat ini Allah memerintahkan hamba-Nya (lelaki atau wanita) untuk menjaga pandangan dari melihat sesuatu yang diharamkan. (Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir, ketika menafsiri ayat ini)

Kawan, Allah Ta’ala mengetahui mata yang berkhianat…
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر: 19]

Artinya: “Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”. (QS. Ghafir: 19)

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma menafsirkan ayat ini:
وهو الرجل يدخل على أهل البيت بيتهم، وفيهم المرأة الحسناء، فإذا غفلوا لحظ إليها، فإذا فطنوا غَضّ، فإذا غفلوا لحظ، فإذا فطنوا غض بصره عنها وقد اطلع الله من قلبه أنه وَدّ أن لو اطلع على فرجها. رواه ابن أبي حاتم.

Artinya: “Dia adalah seorang lelaki yang bertamu ke rumah sebuah keluarga dan di dalamnya ada seorang wanita cantik, jika keluarga tersebut lengah maka lelaki ini melirik kepada wanita tersebut, dan jika keluarga tersebut terjaga maka lelaki itu menahan pandangannya, jika mereka lengah, dia melirik, jika mereka terjaga, dia menahan pandangannya. Sungguh Allah telah memperlihatkan dari hatinya bahwa jika dia ingin diperlihatkan atas kemaluannya”. (HR. Ibnu Abi Hatim, lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir ketika menafsiri ayat ini)

Di zaman sekarang mata-mata yang berkhianat ini sudah hampir punah, tidak tersisa kecuali bagi kalangan yang menjaga para keluarga wanitanya dari pandangan kaum muslim. Adapun yang sudah tergoda dengan mengikuti kebiasaan orang-orang barat dan berpakaian dengan pakaian mereka, maka sungguh telah hilang di antara mereka mata-mata yang berkhianat, digantikan dengan pendangan yang jelas kepada keindahan wanita-wanita yang asing (bukan mahram), bersenang-senang dengan melihat mereka, bersendagurau dan bercengkrama dengan mereka, baik secara berduaan ataupun tidak. (Lihat kitab As Sharim Al Masyhur, karya Syiekh Hamud At Tuwaijiry, hal. 21-22)

4. Islam mengharamkan lelaki memegang seorang wanita yang bukan mahram dan sebaliknya.
معقل بن يسار رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لأن يطعن في رأس رجل بمخيط من حديد خير له من أن يمس امرأة لا تحل له.[المعجم الكبير 20/ 212]

Artinya: “Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, ditusukkan ke dalam kepala seorang lelaki dengan jarum besi lebih baik baginya, daripada dia menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya”. (HR. Ath Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir dan dishahihkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 226)
عن عقيلة بنت عبيد بن الحارث رضي الله عنها قالت: قال النبي صلى الله عليه و سلم: لا أمس ايدي النساء.

Artinya: “Aqilah binti Ubaid bin Al Harits meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku Tidak menyentuh tangan-tangan wanita (maksudnya; yang tidak halal bagiku)”. (HR. Ath Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Awsath dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 7177)

5. Islam mengharamkan wanita berdandan tidak di depan suaminya.
{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى } [الأحزاب: 33]

Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”. (QS. Al Ahzab: 33)

Maksud berhiasnya orang-orang jahiliyyah adalah:

1. Seorang wanita berjalan di depan para lelaki, ini adalah pendapatnya Mujahid rahimahullah (ulama tafsir generasi tabi’ie).

2. Para wanita jahiliyah jika keluar rumah berjalan dengan gaya melenggak lenggok dan genit. ini adalah pendapatnya Qatadah rahimahullah (ulama tafsir generasi tabi’ie).

3. Seorang wanita meletakkan penutup kepala di atas kepalanya dan tidak diikat, maka terlihatlah kalungnya, antingnya dan lehernya, terlihat seluruh bagian itu. Ini adalah pendapat Muqatil bin Hayyan rahimahullah. (Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsiri ayat ini)

Buruknya berhias tidak di depan suami:

1. Berhias tidak di depan suami dosa besar.
عَنْ أُمَيْمَةُ بِنْتُ رُقَيْقَةَ أنها جَاءَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُبَايِعُهُ عَلَى الْإِسْلَامِ فَقَالَ أُبَايِعُكِ عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكِي بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا تَسْرِقِي وَلَا تَزْنِي وَلَا تَقْتُلِي وَلَدَكِ وَلَا تَأْتِي بِبُهْتَانٍ تَفْتَرِينَهُ بَيْنَ يَدَيْكِ وَرِجْلَيْكِ وَلَا تَنُوحِي وَلَا تَبَرَّجِي تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى.

Artinya: “Umaimah binti Ruqaiqah radhiyallahu ‘anha mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membaiat beliau atas Islam, lalu beliau bersabda: “Aku membaiatmu untuk tidak menyekutukan Allah ta’ala dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anakmu, tidak datang membawa kebohongan yang kamu bohongkan didepan tangan dan kakimu, tidak berbuat niyahah dan tidak berhias seperti orang-orang jahiliyyah dahulu”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Katsir dn Ahmad Syakir rahimahumallah)

2. Berhias tidak di depan suami, berarti mengikuti kebiasaan kaum Yahudi dan Nashrani
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رضي الله عنه, عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « كَانَتِ امْرَأَةٌ مِنْ بَنِى إِسْرَائِيلَ قَصِيرَةٌ تَمْشِى مَعَ امْرَأَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ فَاتَّخَذَتْ رِجْلَيْنِ مِنْ خَشَبٍ وَخَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ مُغْلَقٍ مُطْبَقٍ ثُمَّ حَشَتْهُ مِسْكًا وَهُوَ أَطْيَبُ الطِّيبِ فَمَرَّتْ بَيْنَ الْمَرْأَتَيْنِ فَلَمْ يَعْرِفُوهَا فَقَالَتْ بِيَدِهَا هَكَذَا ».

Artinya: “Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dahulu seorang wanita dari Bani Israil yang pendek berjalan di antara dua wanita yang tinggi, lalu dia memakai sepatu dari kayu dan cincin dari emas yang tertutup, kemudian dipolesinya dengan minyak wangi misk, dia adalah wewangian yang paling wangi, lalu (wanita ini) berjalan di antara dua wanita, maka mereka (para lelaki) tidak mengetahui, kemudian dia ayunkan tangannya begini (agar tercium oleh para lelaki bau wangi dari tangannya”. (HR. Muslim)

3. Berhias tidak didepan suami, berarti mengikuti ajaran Iblis. Karena salah satu tujuan gangguan iblis adalah membuat manusia telanjang.
{يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ } [الأعراف: 27]

Artinya: “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Al A’raf: 27)

6. Islam mengharamkan wanita melembutkan suaranya di hadapan lelaki yang bukan mahramnya.
{ يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا} [الأحزاب: 32]

Artinya: “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”. (QS. Al Ahzab: 32)

Maksud dari tunduk dalam berbicara adalah:

1. melembutkan perkataan jika berbicara dengan para lelaki. Ini pendapatnya As Suddy.

2. seorang wanita jangan berbicara dengan lelaki yang bukan mahramnya sebagaimana dia berbicara dengan suaminya. Ini adalah pendapatnya Ibnu Katsir. (Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir ketika menafsiri ayat ini)

7. Islam mengharamkan para lelaki dan wanita yang bukan mahram, bercampur tanpa ada pembatas.
عَنْ حَمْزَةَ بْنِ أَبِي أُسَيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَهُوَ خَارِجٌ مِنْ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِي الطَّرِيقِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلنِّسَاءِ اسْتَأْخِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُقْنَ الطَّرِيقَ عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ فَكَانَتْ الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْبَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لُصُوقِهَا بِهِ.

Artinya: “Abu Usaid Al Anshary radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para wanita, ketika beliau sedang keluar dari masjid dan para lelaki sedang berkumpul dengan para wanita di jalan: “(wahai para wanita), minggirlah kalian, karena sesungguhnya tidak pantas kalian untuk berjalan di tengah jalan, hendaknya kalian di samping-samping jalan”, maka para wanita dahulu menempel dengan dinding sehingga pakainnya terkait dengan dinding dikarenakan saking menempelnya mereka dengan dinding”. (HR. Abu Daud dan dihasankan di dalam Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 856)

Kawan, ini hal-hal yang wajib kita ketahui, lalu direnungkan, yakini dan taati…



Ditulis oleh kawan Anda yang sudah merasakan nikmatnya menikah, Alhamdulillah.

Ahmad Zainuddin
Selasa, 15 Jumadal Ula 1432H
Dammam, KSA.
 






Pacaran tidaklah lepas dari zina mata, zina tangan, zina kaki dan zina hati.

Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)