Jumat, 15 Juni 2012

40 CARA MENGATASI MASALAH ( PART-4 )

40 CARA MENGATASI MASALAH ( PART-4 )

 



Tiga puluh Satu
Mengatasi sebuah masalah bukan berarti menghukumi dan menyelesaikan seluruhnya
                Namun jika terjadi sebuah musibah seperti perceraian misalnya maka cukup berhenti pada solusi yang di dapat untuk mengatasi permasalahannya dan berhenti pada batasannya,  jangan sampai malah menyebar kemana-mana dan merusak yang lainya, sehingga hubungan setelah perceraian menjadi rusak, apa lagi jika terjadi perceraian namun di situ melibatkan anak-anak yang di tinggalkan, (maka) dengan sebab hubungan yang jelek tersebut mereka jadi korbannya. kemudian juga (pada akhirnya) mungkin permasalahan cerainya sudah dapat teratasi, semuanya kembali seperti sedia kala, suami kembali lagi bersama istrinya, ibu kembali kerumahnya lagi dan anak-anak kembali kerumahnya. Maka cukup hanya dengan mengatasi masalahnya tanpa harus tersebar beritanya kesana-kemari.
                Jika ada orang tertimpa musibah tangannya patah misalkan kemudian datang ke dokter, maka dalam kasus seperti ini (ada) sebab yang bisa di pahami darinya, karena tanganya mau tidak mau harus diperban dan gips sampai bisa sembuh sedikit demi sedikit, kemudian diobati begitu seterusnya sampai sembuh dengan cara yang benar.




Tiga puluh dua
Jangan sampai masalah itu mengambil seluruh waktu hidupmu
                Tidak dipungkiri bahwa problem yang sedang terjadi itu sangat besar dan sulit untuk di atasi sebagaimana persangkaan orang, namun hal itu tidak bisa di benarkan seratus persen sampai menyangka sejauh itu. Jangan sampai sebuah problem mengambil seluruh waktu yang kamu miliki, jangan sampai waktu-waktu emasmu dan pikiranmu terkuras habis hanya untuk masalah yang sedang kamu hadapi, yang pada nantinya justru akan mengantarkan pada problem yang lain, dan membuat pekerjaan yang lain rusak, demikian juga menambah risau, gelisah dan gangguan psikologi. Akan tetapi jadikan masalahnya sesuai dengan ukurannya, dudukan pada posisinya yang pas, kerjakan pekerjaan yang biasa kamu kerjakan, bahkan kalau mungkin jadikan tambahan waktu untuk melepas lelah, dan menjernihkan pikiran, misalnya dengan bertemu bersama kenalan atau teman dekat sehingga pikiran bisa konsentrasi kembali dan melupakan problem yang sedang di hadapinya.

Tiga puluh tiga
Mengetahui kepribadian orang yang sedang mempunyai masalah bersamamu
    Sebagian problem biasanya di jumpai ada pihak lain dari orang kedua, ketiga dan seterusnya. Seperti dalam rumah tangga antara suami dan istri atau anak bersama keluarganya. Dan dengan mengetahui kepribadian orang lain maka menjadikan suatu hal yang sangat menentukan manakala akan mengambil sebuah keputusan yang cocok, sebagian di antara mereka ada yang mudah pembawaanya, sebagian lagi ada yang lembut dan bijaksana, yang lain lagi suka menyesali perbuatanya dan cepat kembali jika di ingatkan, ada lagi yang jika di ingatkan kepada Allah Ta'ala langsung takut, demikian seterusnya. Terkadang hal itu menjadi sebab teratasinya sebuah masalah dengan cara mengetahui kepribadian orang dengan cara yang benar.
Tiga puluh empat
Lingkungan yang ada di sekelilingnya
     Setiap problem atau masalah mempunyai lingkungan yang ia tumbuh di dalamnya, maka kita harus paham dengan adanya orang yang bisa di jadikan sebagai penengah, karena ada orang yang gampang percaya manakala ada penengah yang di percayainya. Dengan cara mengirim surat pada penengah tersebut supaya di perhatikan cara berpikirnya, sejauh mana cara pandangnya, dan apa yang harus di lakukan serta bagaimana harus berbuat? Demikian, dan sebagian orang ada yang mereka anggap sebagai tempat untuk mengadu pada setiap urusanya, untuk meminta pendapat padanya siapa yang harus di mintai pendapatnya? Kepada siapa harus mengungkapkan? Maka terkadang setelah itu keputusan di ambil lewat cara orang yang di anggap mempunyai kedudukan sebagai penengah seperti dari kerabat dekat atau teman atau kenalan atau yang lainnya.

Tiga puluh lima
Mengetahui secara luas keadaan orang lain
       Di sebagian tempat biasa seseorang berkumpul bersama saudara atau teman dekatnya, terkadang di dalam pembicaraan mereka ada masalah yang terkadang mirip sekali dengan masalah yang sedang di hadapinya, maka biarkan orang-orang yang hadir di situ berbicara dan mengemukan pendapatnya masing-masing guna memilih dan mencari solusi yang terbaik (bagi masalah tersebut). Adapun dirimu lebih baik diam dan menyimak pembicaraan mereka sambil memilih jalan terbaik yang paling sesuai untuk mengatasi masalahmu. Dalam hal seperti ini maka engkau akan melihat bagaimana keadaan orang lain, dan bagaimana bahwa di antara mereka juga ada bahkan banyak yang mengalami masalah dan musibah? Bahkan barangkali masalah dan musibah yang sedang mereka hadapi lebih berat dari yang kamu alami. Dan dalam pembicaraan orang lain kita bisa menghibur hati, bahwa kiranya engkau bukan sendirian yang sedang mengalami masalah, dan ternyata tidak ada rumah melainkan di hampiri masalah (baik masalahnya kecil mau pun besar), namun keadaaan orang tertutupi, dan isi dalam rumah juga tertutupi sedangkan yang mengetahui keadaan mereka semua hanya Allah Azza wa jalla.                                           
Tiga puluh enam
Mendatangi konsultan yang bisa di percaya
     Pada zaman sekarang ini banyak sekali bermunculan kantor atau pusat-pusat konsultasi, lebih khusus lagi yang berkaitan dengan urusan rumah tangga, dan bagaimana cara menyelesaikan perselisihan dan perbedaan yang ada antara keduanya.
    Demikian juga ada kosultan yang menangani bagaimana cara mendidik anak. Dan yang paling bagus cara mendidik mereka dan di antara pusat pelayanan kosultasi tersebut adalah yang berada di bawah yayasan sosial, seperti proyek Syaikh Abdul Aziz untuk membantu remaja menikah. Di antaranya juga ada berdiri sendiri atau berhubungan dengan yayasan yang lain. Mungkin dengan mendatangi tempat-tempat seperti itu ada ide dan gagasan yang bagus dan berguna.

Tiga puluh tujuh
Meminta pendapat pada orang lain
     Jika seseorang terkena masalah dari permasalahan dunia, maka dirinya membutuhkan cara untuk bisa menyelesaikan dan lepas dari masalah tersebut dengan meminta bantuan orang yang mempunyai pemikiran yang bagus dan jernih, untuk membantu menyelesaikan masalahnya, tentunya setelah meminta pertolongan terlebih dahulu kepada Allah Azza wa jalla. Namun di sini muncul sebuah pertanyaan yang sangat penting dalam kasus yang semacam ini, pada siapa kita seharusnya meminta pendapat? Kepada siapa kita tuangkan segala unek-unek dan keluh kesah kita?
    Berkata Umar bin Khattab semoga Allah meridhoinya: "Jangan membicarakan (masalahmu) pada orang yang tidak bisa membantumu, kenali musuhmu, hati-hati pada temanmu kecuali orang yang bisa di percaya, dan tidak ada yang bisa di percaya melainkan orang yang takut kepada Allah Azza wa jalla, jangan (coba-coba) berjalan bersama orang fajir karena dia akan mengajari kamu bagaimana berbuat fajir. Jangan sebarkan rahasia pribadimu dan jangan mengajak bermusyawarah pada perkaramu melainkan orang-orang yang takut kepada Allah Azza wa jalla".
   Siapa yang mau memperhatikan keadaan para konsultan pada zaman ini maka dia akan terheran-heran, karena di antara mereka ada yang memang tidak berpengalaman dalam masalah ini. Ada lagi yang lain yang tidak mempunyai ilmu dan paham dengan ilmu syar'i, yang bisa menunjuki pekerjaannya, yang lain lagi ada konsultan di kalangan perempuan, (yang) di dapati ketika ada orang yang berkonsultasi dengannya maka dia dengan terburu-burunya memberi keputusan dengan menganjurkan supaya meninggalkan suaminya, sambil panjang lebar menjelaskan bahwa tidak ada faidahnya tinggal bersamanya lagi, kemudian sang wanita yang berkonsultasi tersebut setelah selesai berbicara dengannya, langsung menemui suaminya dan minta cerai darinya. Dia biarkan wanita malang tersebut merasakan pahitnya akibat dari anjuran sang konsultan tersebut dengan perceraian dan perpisahan bersama suaminya. Bahkan di sana ada orang yang setelah berkonsultasi pada mereka  itu pulangnya membawa iri dan dengki yang membara di dalam hatinya.
   Adapun usalan yang pertama hendaknya berkonsultasi kepada orang-orang yang jauh hubungan darinya, sehingga bisa menjaga rahasia dan permasalahanya, jauh untuk menyebarkan luaskan.
   Sedangkan usulan yang lain bahwa orang yang sebaiknya di ajak untuk berkonsultasi hendaknya mereka para ulama dan orang sholeh, karena akan terjaga rahasianya dan tidak di sebarkan ke seorang pun, karena melihat begitu banyaknya orang yang datang kepada para ulama dan para syaikh, sedangkan yang lain karena mereka adalah orang-orang yang sholeh dan wara' yang akan menunjukan kepadamu untuk menyelesaikan masalah dengan ilmu dan cahaya dengan izin Allah Ta'ala. Dan tidak mengapa kalau sekiranya kamu lebih banyak lagi berhubungan atau berkonsultasi dengan para penuntut ilmu yang mumpuni, karena melepas problem bukan seperti meminta fatwa.
   Karena sudah menjadi kebiasaan bahwa yang namanya sebuah problem, biasanya harus panjang lebar menjelaskan duduk permasalahanya, maka saya anjurkan supaya menghubungi para penuntut ilmu terlebih dahulu sebelum para masyayaikh besar, dikarenakan sempitnya waktu yang mereka miliki dan kesibukan yang mereka hadapi dengan urusan memberi fatwa. Bersamaan dengan itu juga dirinya harus teliti di dalam memilih pendapat secara adil yaitu dengan membandingkan pendapat yang lain secara imbang sehingga penyelesaianya bisa lebih positif hasilnya.



Tiga puluh delapan
Kerjakan sholat Istikharoh
Setelah engkau mendengar dan mempunyai beberapa solusi yang ingin engkau pilih, yang melekat di dalam hati, maka setelah berkonsultasi pada orang yang kamu anggap mampu dan mendengar pendapat dan anjurannya untuk menyelesaikan masalah yang sedang kamu hadapi, maka lakukanlah sholat istikharoh yang telah di ajarkan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam kepada kita sebagaimana telah shahih dalam sebuah hadits. Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalau salah seorang di antara kalian hendak melakukan sesuatu hal, hendaknya ia melaksanakan sholat dua rakaat selain sholat wajib, kemudian berdoa:
[ اللهم إني أستخيرك بعلمك، وأستقدرك بقدرتك، وأسألك من فضلك العظيم، فإنك تقدر ولا أقدر، وتعلم ولا أعلم وأنت علام الغيوب، اللهم فإن كنت تعلم هذا الأمر وتسميه باسمه، خير لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري فاقدره ويسره لي ثم بارك لي فيه؛ اللهم وإن كنت تعلمه شرًا لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري، فاصرفني عنه واصرفه عني، واقدر لي الخير حيث كان، ثم رضني به ولا حول ولا قوة إلا بالله ]
"Ya Allah, aku memohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu, aku memohon kemampuan kepadaMu dengan kekuasaanMu, dan aku memohon kepadaMu keutamaanMu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui sementara aku tidak mengetahui. Karena Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebutkan apa yang menjadi persoalannya) lebih baik dalam agamaku, hidupku dan akhir urusanku, maka takdirkanlah hal itu bagiku dan mudahkanlah aku untuk mendapatkanya, kemudian berkatilah aku dalam hal tersebut. Dan apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini tidak baik, dalam agamaku, hidupku dan akhir urusanku, maka jauhkanlah perkara tersebut dariku dan hindarkanlah diriku darinya, lalu takdirkanlah yang baik buat diriku bagaimanapun adanya, kemudian buatlah aku ridha dengannya, tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah". HR Thabrani dari Ibnu Umar.

Tiga puluh Sembilan
Semuanya memerlukan waktu
     Waktu adalah bagian dari solusi (sebuah masalah) bahkan bisa jadi waktu adalah solusi yang (akan mengobati masalah), yang berjalan dengan sendirinya bersama berlalunya hari demi hari, dan  malam yang tiada henti, orang yang di tinggal meninggal sudah lupa akan musibahnya, perempuan yang di cerai telah menikah kembali anaknya yang kecilpun sudah mulai tumbuh besar, dan ibunya pun telah melupakan anaknya yang telah di susui. Dan Allah lah tempat meminta pertolongan.
   Biarkanlah hari berlalu, carilah amal sholeh yang bisa mendekatkan dirimu sedekat-dekatnya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, hari akan datang silih berganti mengambil bagiannya. Dan nafas kita ini akan berhenti pada ketentuanNya, kemudian datanglah penghancur segala kenikmatan membawa hati yang berduka, dan akal yang telah lelah untuk berpikir, kemudian setelah itu tinggal pembalasan dan perhitungan di hadapan Allah Ta'ala. Innaa lillahi wa inaa ilaihi raji'un.

Empat puluh
Menyerahkan semua urusannya kepada Allah Ta'ala
    Seorang manusia seberapa pun sedih dan merananya di dunia ini, tidak ada yang lain kecuai sesuatu yang telah di takdirkan baginya oleh Allah Azza wa jalla, maka jika dia telah berusaha dengan segala kemampuannya, meminta nasehat kesana kemari pada orang yang dia percayai, sholat istikharoh juga sudah di kerjakan, namun semua perkaranya berada di tangan Allah Azza wa jalla, yang mengatur segala urusan makhlukNya sesuai dengan apa yang di kehendakiNya. Oleh karena itu selalu berbaik sangkalah pada hukum dan ketentuan Allah Azza wa jalla, terlebih jika dirimu telah berusaha sekuat tenaga. Memujilah kepada Allah Ta'ala yang telah memberi takdir pada setiap perkara, dan wajib bagimu merasa bahagia dan senang karena dirimu bisa kembali untuk berpegang pada tiang yang kokoh dan pada Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
   Lihatlah keadaan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam ketika dirinya merasa sedih sekali tatkala di tolak oleh kaumnya setelah usaha dan kemampuan yang beliau korbankan untuk mendakwahi mereka, maka Allah Azza wa jalla berfirman kepada beliau, dengan firmanNya:
قال الله تعالى: ) فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ( ( سورة فاطر: 8)
"Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan (yang kamu rasakan) terhadap mereka". QS Faathir: 8.

Penutup

     Saudaraku, jika rasa sakit dan kesedihan menerpa dirimu di sebabkan sebuah musibah, dan segala usaha telah engkau tempuh, namun kegelapan menutup jalannmu, sadarilah bahwa itu termasuk kejadian dunia yang telah di takdirkan. Oleh karena itu dirimu harus tunduk dan merasa  ridho dengan apa yang telah di tentukan dan di takdirkan oleh Allah Azza wa jalla, , karena ridho dengan qadha dan takdir Allah Azza wa jalla itulah kedudukan yang utama. Allah Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: ) قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ ( ( سورة التوبة : 51)
"Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami".  QS at-Taubah: 51.

     Kemudian tingkatan yang kedua adalah sabar dengan musibah yang menimpa, dan tingkatan sabar ini bagi orang yang tidak mampu untuk ridho dengan qadha Allah Ta'ala, karena rasa ridha adalah sesuatu yang di anjurkan sedang sabar adalah suatu kewajiban bagi seorang mukmin kokoh.
     Ketahuilah bahwasanya ketika dirimu ditimpa suatu musibah yang tidak engkau senangi, maka pahamilah bahwa yang telah mentakdirkan (adanya musibah) adalah Allah Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, Dzat yang berbuat sesuai dengan yang di kehendaki dan menghukumi apa yang di inginkan. Begitu juga bahwasanya Allah Ta'ala telah memberi rahmatNya yang bermacam-macam kepada hambaNya tanpa pamrih, kemudian setelah itu Allah Ta'ala memberi rahmat dan taufikNya kepada hambaNya untuk bisa bersyukur, merahmatinya dan memberinya ujian, kemudian setelah itu memberi rahmat dan taufikNya untuk bisa bersabar, maka keridhoan kepada Allah Ta'ala di dahulukan atas segala yang telah kita rencanakan, karena manusia merencanakan tetapi Allahlah yang menentukan, Allah Ta'ala juga menyayangi dengan menjadikan adanya musibah tersebut sebagai penghapus dosa dan kesalahannya serta menambah kebaikan dan mengangkat derajatnya.



Sumber : www.islamhouse.com







Tidak ada komentar:

Posting Komentar