Bangunlah Engkau Wahai Orang Yang Lemah dalam menuntut Ilmu!
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ [آل عمران: 102]، ﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴾ [النساء: 1]، ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾ [الأحزاب: 70 - 71].
أما بعدُ:
-Ikhwani Fillah- Ini adalah sebuah risalah dari salafush shalalih kita. Aku telah mengumpulkannya sejak waktu yang lama dari berbagai sumber. Dan aku melihat ada obat untuk penyakit-penyakit yang susah diobati di sana, yang mana penyakit itu tersebar di tengah-tengah umat islam, tersebar dengan luas. Maka dia membinasakan ; penyakit itu adalah MENINGGALKAN MENUNTUT ILMU SYAR'I.
Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa hal tersebut akan terjadi, yang mana dia merupakan tanda-tanda hari kiamat. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda : ((Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah DIANGKATNYA ILMU DAN NAMPAKNYA KEBODOHAN.)) HR Bukhari Muslim rahimahumallah dari Anas radhiyallahu anhu.
Ikhwanii fillah, Ilmu-ilmu syari'at ini telah bangun dari tidurnya di malam hari, mengadu kepada Rabbnya karena sedikit sekali yang mencari dirinya, dia mengadu karena banyak manusia yang berpaling darinya, tidak ingin mempelajarinya. Dan seakan-akan Allah subahanahu wa ta'ala telah melarang dari menuntutnya, Wa Laa haula wa laa quwwata illa billah!
Ambilah pelajaran -Ikhwani fillah- dari perkataan-perkataan ini, teriakan para salaf, peringatan, targhiib (anjuran), tarhiib (ancaman), targhiib dalam memperoleh ilmu yang bermanfaat, dan tarhiib dari meninggalkan mempelajari ilmu syar'i.
Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar bersedih ketika aku mendapati ayahku, atau saudaraku, atau anakku, berbodoh-bodoh dalam masalah-masalah syari'at. Dan kesedihan ini senantiasa bertambah ketika aku mendapatkan seorang Aalim (ahli ilmu) yang merusak dan menyesatkan, yang mana dia keluar kepada manusia dan bermain-main dengan akal-akal mereka dan agama mereka. Seolah-olah dia sedang berbicara kepada binatang-binatang ternak. Maka engkau mendapatinya mengatakan pada perkara yang sudah disepakati umat ini atas keharamannya. : Ini halal, dan sebaliknya pada perkara yang sudah disepakati kehalalannya, dia mengatakan : Ini haram!
Dan sebabnya -tanpa diragukan lagi- yaitu adalah kebanyakan manusia tidak memiliki sedikitpun dari ilmu, yang mana mereka dapat membela diri dari Firman Allah : Akan tetapi engkau dalam kelalaian terhadap perkara ini.
Demi Allah, seandainya kebohodan tidak tersebar di antara manusia, maka tidak ada yang mampu satu orangpun dari para perusak untuk menyebarkan racun-racunnya pada ummat. Akan tetapi mereka ketika melihat bumi ini subur untuk menerima pemikiran syaithon mereka, maka mereka menyebarkannya.
Akhii fillah, bacalah perkataan-perkataan ini dan tadabburilah! Kemudian berjanjilah pada Allah subhanahu wa ta'ala setelahnya agar engkau menjadi penuntut ilmu syar'i yang SEBENAR-BENARNYA, sampai engkau menjadi orang-orang yang mempertahankan agama islam.
Dan sebagai penutup dari muqoddimah ini, aku ingin mengucapkan terima kasih dan pujian kepada sahabat umurku, istriku yang penyayang Ummu Anas, karena dia telah mengorbankan kerja kerasnya bersamaku dalam meraih ilmu yang bermanfaat kepada saudaraku para penuntut ilmu. Semoga Allah membalasanya dengan kebaikan yang banyak, dan menjadikan amal tersebut dalam timbangan kebaikan.
Dan hanyalah Allah tempat aku meminta untuk menjadikan amalku ini ikhlas, dan agar memberikan manfaat kepada saudara-saudaraku, sesungguhnya Dia Maha Dermawan lagi Maha Mendengar doa hambaNya.
Ilmu Syar'i adalah perkara yang paling mulia untuk dicari.
Wahai saudaraku penuntut ilmu, wahai saudaraku yang lemah dalam menuntut ilmu, ketahuilah! bahwa perkara yang paling mulia untuk dicari adalah ilmu agama, dan Nabi shallallahu alaihi wasallam tidaklah meminta dari Allah tambahan sesuatu melainkan ilmu. Allah ta'ala berfirman lewat lisan Nabi Nya shallallahu alaihi wasallam : "Dan katakanlah : Ya Allah tambahkan kepadaku Ilmu"
[Berkata Ibnu Katsir : berkata ibnu Uyainah : Nabi shallallahu alaihi wasallam terus menerus meminta tambahan ilmu sampai Allah wafatkan beliau -pent]
Ketika aku melihat kebanyakan dari saudaraku BERMALAS-MALAS dalam menuntut ilmu syar'i, dan meninggalkannya, dan berpaling kepada mencari perkara-perkara yang fana, yang tidak dapat bermanfaat baginya sedikitpun, tidak berfaedah untuknya. Maka aku menulis kertas-kertas kecil ini, yang semoga dapat membangunkan jiwa orangyang dikehendaki Allah kebaikan.
Ketahuilah saudaraku -rahimakallah- hal pertama yang engkau harus tahu adalah..bahwa ILMU SYAR'I BUKANLAH PERKARA YANG MENGIKUTI KEHENDAK SESEORANG, JIKA DIA BERKEHENDAK MAKA DIA MENCARINYA, DAN JIKA DIA BERKEHENDAK MAKA DIA MENINGGALKANNYA; akan tetapi dia termasuk perkara agama yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Dan tidak boleh bagi seorang muslim selamanya untuk meninggalkannya, meremehkannya. Karena meremehkannya akan membuat dosa -tanpa diragukan lagi ; dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda - : ((Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.))
Dan ibn Abdil Barr -rahimahullah- menukil dalam kitabnya "Jaami' Bayaanil Ilm wa Fadhlih" : Ijma'nya para ahli ilmu bahwa dalam ilmu-ilmu syari'at ada yang fardhu 'ain, maka tidak boleh tafriith (meremehkan) dalam mempelajarinya, maka barang siapa yang meremehkan dalam mempelajarinya maka dia berdosa, tanpa ragu, dan dia berhak mendapatkan siksanya Allah, tidak diragukan.
Dan di antara ilmu yang fardhu 'ain tersebut adalah : Ilmu tentang rukun-rukun sholat, syaratnya, sunnahnya, wajibnya. Ilmu tentang hal yang dapat merusak puasa, ilmu tentang segala yang dapat menyempurnakan puasa, ilmu tentang tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan tauhid asma wa shifat. Dan ilmu-ilmu lain yang tidak boleh meremehkan di dalamnya selamanya.
Oleh karena itu Sufyaan Ats Tsauriy -rahimahullah- jika bertemu seorang Syaikh dia bertanya padanya : Apa engkau pernah mendengar(mempejalari) ilmu sedikit saja? Maka jika dia menjawab ; Tidak, maka Sufyaan mengatakan : Semoga Allah tidak memberikan kebaikan padamu dari islam.
Saudaraku para penuntut ilmu, APAKAH YANG MENYIBUKKANMU DARI MENUNTUT ILMU?
Tidak ragu lagi bahwa kebanyakan yang menyibukkan para penuntut ilmu di hari ini dari menuntut ilmu syar'i, dan istimroor (TERUS MENERUS) dalam meraihnya adalah tiga perkara. Hal itu adalah :
1. MALAS DAN LEMAHNYA SEMANGAT :
Benar, sesungguhnya malas dan lemah semangat adalah penyakit yang tersebar pada pemuda umat islam dimanapun itu. Bahkan hal ini merupakan sebesar-besar penyakit yang menghalangi dari menuntut ilmu. Para salafush sholih kita benar-benar mewaspadai penyakit ini. Lihatlah ibnul Jauzi -rahimahullah- mengatakan : Menangis itu sangat berhak dilakukan jika semangat (anda) rendah.
Inilah penyakit yang Al Hajjaawiy Al Hanbaly -rahimahullah- mendorongnya untuk menulis mukhtashor (ringkasan) dalam fiqh; maka beliau berkata dalam pembukaan mukhtashornya yang mengungkapkan tujuan penulisannya : Ketika semangat sudah mengendur, dan sebab-sebab yang melemahkan untuk mendapatkan pemahaman telah banyak.
Berkata seorang penyair -rahimahullah- :
كُلُّ دَاءٍ فِي سُقُوطِ الهِمَمِ
يَجْعَلُ الأَحْيَاءَ مِثْلَ الرِّمَمِ
Setiap penyakit bersumber dari lemahnya semangat
Yang mana dia menjadikan orang yang hidup seperti orang yang mati.
Maka jika engkau saudaraku menginginkan untuk mengobati penyakit ini, maka ketahuilah !
PERTAMA : BAHWA RUNTUHNYA SEMANGAT ADALAH KEMATIAN BAGI PEMILIKNYA
Berkata seorang penyair :
وَفِي الجَهْلِ قَبْلَ المَوْتِ مَوْتٌ لِأَهْلِهِ
وَأَجْسَامُهُمْ قَبْلَ القُبُورِ قُبُورُ
وَأَرْوَاحُهُمْ فِي وَحْشَةٍ مِنْ جُسُومِهِمْ
وَلَيْسَ لَهُمْ حَتَّى النُّشُورِ نُشُورُ
Dalam kebodohan itu adalah kematian sebelum kematian pemiliknya (kematian asli -pent)
Dan badan badan mereka sudah terkubur sebelum dikuburkan.
Ruh-ruh mereka berada dalam ketakutan dari jasad mereka
Dan mereka tidak bisa bangkit sampai hari kebangkitan.
Berkata yang lain :
قَدْ مَاتَ قَوْمٌ وَمَا مَاتَتْ مَكَارِمُهُمْ
وَعَاشَ قَوْمٌ وَهُمْ فِي النَّاسِ أَمْوَاتُ
Telah mati sebuah kaum akan tetapi kemuliaan mereka tidak mati
Dan hidup sebuah kaum akan tetapi mereka adalah orang mati di antara manusia
Berkata yang lain :
وَمَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيمُ وَقْتَ شَبَابِهِ
فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعًا لِوَفَاتِهِ
BARANG SIAPA KEHILANGAN BELAJAR DI WAKTU MUDANYA
MAKA BERTAKBIRLAH EMPAT KALI UNTUK KEMATIANNYA (Maksud takbir empat kali adalah sholat jenazah, karena dianggap sudah mati dirinya -pent)
Berkata Aliy ibn Abii Thoolib -radhiyallahu anhu- : Para penjaga harta telah mati, padahal mereka masih hidup. Sedangkan para ulama itu senantiasa hidup selama waktu berjalan.
KEDUA : ENGKAU HARUS MELIHAT PERJALANAN SALAFUSH SHOLIH, DAN BAGAIMANA SEMANGAT MEREKA YANG TINGGI.
Dari Abu Ubaid, bahwa dia senantiasa mengatakan : Dahulu ketika aku sedang menulis kitab ini selama 40 tahun, seringkali aku mendapat sebuah faidah dari perkataan-perkataan para ahli ilmu. Maka aku tulis faedah tersebut dalam kitab ini, sampai aku terjaga/begadang hingga larut malam, gembira karena faedah tersebut, kemudian salah seorang dari kalian mendatangiku (untuk belajar kepadaku -pent), maka dia belajar sampai 4 bulan, 5 bulan lamanya, maka dia mengatakan : Aku telah banyak belajar. (Orang tersebut menyangka dia yang belajar 4 atau 5 bulan telah belajar banyak, padahal Abu Ubaid, syaikhnya, sudah belajar selama 40 tahun -pent)
Berkata ibnul Qoosim -rahimahullah- : Menuntut ilmu hadits menyebabkan Imam Malik harus merobohkan atap rumahnya, dijual kayunya untuk perbekalan.
Inilah Yahya ibn Ma'iin -rahimahullah- dia mempunyai warisan dari ayahnya sebesar 1 juta dirham. Maka dia infakkan semuanya untuk mendapatkan hadits. Sampai tidak tersisa yang dia miliki kecuali sandal yang dia pakai.
Berkata An Nawawiy -rahimahullah- ketika menceritakan tentang keadaan awal-awal beliau menuntut ilmu : Aku telah menetap selama dua tahun dan aku belum pernah meletakkan perutku ke tanah (maksudnya tidur berbaring -pent).
Al Badr ibn Jamaa'ah menceritakan bahwa dia bertanya pada An Nawawiy -rahimahullah- tentang tidurnya : maka dia mengatakan : Jika aku mengantuk, maka aku menyandarkan diriku pada kitab-kitab selama beberapa menit, kemudian aku terjaga setelah itu.
Berkata Al Badr : Aku jika hendak mendatanginya maka dia menumpuk sebagian kitab ke kitab yang lain, untuk memberikan ruang kepadaku agar aku dapat duduk.
Berkata Istri Al Imam Az Zuhriy -rahimahullah- : Demi Allah sesungguhnya kitab-kitab ini lebih membahayakanku dari tiga wanita cantik.
Dari Abu Ubaid Al Qoosim ibn Sallaam : Aku tidak pernah mengetuk pintu seorang muhaddits sama sekali.
Dalam riwayat yang lain : Tidaklah aku pernah mendatangi seorang Aalim kemudian aku meminta ijin untuk menemuinya, akan tetapi aku menunggu/bersabar sampai dia keluar dari rumahnya, dan aku menafsirkan firman Allah ta'ala : "Dan sekiranya mereka bersabar sampai engkau keluar dan menemui mereka maka itu adalah lebih baik bagi mereka" Al Hujuraat :5
Berkata Sufyaan Ats Tsaury : Kami terus menerus mempelajari ilmu selama kami mendapatkan orang yang mengajari kami.
Berkata Tsa'labah : Aku tidak pernah kehilangan majelisnya Ibraahiim Al Harabiy baik itu majelis bahasa, ataupun majelis nahwu selama 50 tahun.
Dan dari Abu Zur'ah bahwa seringkali ketika dia makan maka dibacakan (hadits/kitab), dan ketika dia berjalan maka dibacakan juga kepadanya, dan bahkan ketika masuk kamar kecil dibacakan juga kepadanya, dan ketika dia masuk rumahnya untuk mencari sesuatu dibacakan juga kepadanya.
Berkata Ammar ibn Rajaa' : Aku mendengar Ubaid ibn Ya'iisy mengatakan : Aku telah terjaga selama 30 tahun dan selama itu aku tidak pernah makan dengan tanganku sendiri, akan tetapi ada saudariku yang senantiasa menyuapiku ketika aku dalam keadaan menulis hadits.
Dikatakan kepada Asy Sya'biy : Dari mana engkau mendapatkan ilmu ini semuanya? Dia berkata : Dengan tidak menggantungkan diri, dan dengan berjalan ke negeri-negeri, bersabar seperti sabarnya keledai, dan berangkat pagi seperti berangkat paginya burung gagak.
Dan berkata sebagian salaf : JIKA ADA SUATU HARI YANG MANA AKU TIDAK BERTAMBAH ILMU YANG MENDEKATKANKU KEPADA ALLAH, MAKA TIDAK ADA KEBERKAHAN BAGIKU PADA TERBITNYA MATAHARI DI HARI ITU.
Dan yang semisal dari hal tersebut adalah perkataan seorang :
إِذَا مَرَّ بِي يَوْمٌ وَلَمْ أَسْتَفِدْ هُدًى
وَلَمْ أَكْتَسِبْ عِلْمًا فَمَا ذَاكَ مِنْ عُمْرِي
JIKA AKU MELEWATI SUATU HARI DAN AKU TIDAK MENDAPATKAN FAIDAH PETUNJUK
DAN AKU TIDAK PULA MENDAPATKAN ILMU, MAKA APA GUNANYA UMURKU INI?
Dan dikatakan kepada sebagian salaf : Dengan apa kalian memperoleh ilmu?
Maka dijawab : Dengan lampu-lampu dan duduk sampai pagi. (begadang, ikut di majelis sampai pagi -pent)
Dan Al Khotiib Al Baghdaadiy mengatakan : Waktu terbaik untuk mudzaakaroh adalah malam, dan dahulu sekelompok salaf senantiasa melakukan hal itu, dan mereka memulai dari mulai Isyaa' dan acapkali mereka tidak berdiri sampai mereka mendengar adzan Subuh. (Sedangkan An Nawawiy mengatakan bahwa waktu terbaik mudzaakaroh adalah pagi hari -pent)
Berkata Ibn Abi Haatim : Dahulu kami berada di Mesir selama tujuh bulan, kami tidak mempunyai air daging/kuah untuk dimakan, pada siang hari kami menghadiri majelis para syaikh, dan ketika malam kami menyalin dan mendiktekannya kembali. Pada suatu hari aku dan temanku ingin mendatangi seorang syaikh. Ketika disana murid-muridnya mengatakan : Syaikh sedang sakit. Maka kami pulang dan ketika dalam perjalan aku melihat sebuah ikan (yang indah) yang membuat kami ingin memakannya, maka kami membelinya. Tatkala kami berjalan ke rumah, waktu untuk menghadiri syaikh yang lain telah tiba. Maka kami segera mendatanginya, sampai tiga hari kami tidak sempat memakan ikan tersebut. Dan ikan tersebut hampir membusuk, maka kami memakannya mentah tanpa di masak, kemudian ibn Abi Haatim berkata : ILMU TIDAK DAPAT DIRAIH DENGAN BADAN YANG BERSANTAI-SANTAI
Dan Ibnu Naashir mensifati Al Haafizh Abu Ath Thoohir As Salafiy : Seolah-olah dia adalah nyala api yang berkobar ketika mencari ilmu.
Kholiil ibn Ahmad Al Faraahiidiy -rahimahullah- mengatakan : Waktu paling berat bagiku adalah waktu untuk makan (karena sibuk dalam menuntut ilmu -pent).
KETIGA : ENGKAU HARUS MENGETAHUI BAHWA KEBUTUHANMU KEPADA ILMU SANGAT BESAR DAN MENDESAK, KEBUTUHAN YANG LEBIH BANYAK KETIMBANG MAKAN DAN MINUM.
Berkata Imam Ahmad -rahimahullah- : Manusia lebih membutuhkan kepada ilmu daripada makan dan minum, karena manusia membutuhkan makan dan minum dalam sehari hanya sekali atau dua kali, sedangkan kebutuhan terhadap ilmu adalah sebanyak nafas.
KEEMPAT : ENGKAU HARUS MENGETAHUI BAHWA ILMU ADALAH PENJAGA DARI KEKELIRUAN/KESALAHAN DAN AQIDAH YANG RUSAK.
Berkata Imam Maalik -rahimahullah- : Sesungguhnya sebuah kaum (maksudnya Khawarij -pen) mereka mencari ibadah, dan mereka meninggalkan ilmu, maka akhirnya mereka keluar memerangi ummat Muhammad shallallahu alaihi wasallam dengan pedang mereka, seandainya mereka mencari ilmu maka mereka akan terhalang dari hal tersebut.
KELIMA : ENGKAU HARUS MENGETAHUI BAHWA ILMU TIDAK AKAN MENUNGGUMU, DAN BAHWA ILMU YANG HILANG DARIMU PADA HARI INI MAKA ENGKAU TIDAK AKAN DAPAT MENDAPATKANNYA BESOK, LIHATLAH BERSAMAKU -SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN RAHMAT KEPADAMU- KEPADA PETUNJUK SALAFUSH SHOOLIH DALAM SEMANGAT MEREKA MENDENGAR ULAMA DI ZAMAN MEREKA.
Berkata Abdullah ibn Mas'uud -radhiyallahu anhu- : Wajib kalian atas ilmu sebelum ilmu itu diangkat, dan diangkatnya adalah dengan diwafatkannya para ulama, maka demi Dzat yang jiwaku ada di tangan Nya, sungguh orang-orang yang terbunuh (syahid) di jalan Allah sangat menginginkan agar Allah membangkitkannya sebagai ulama, karena mereka melihat keutamaannya, dan sesungguhnya seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan hanyalah didapat ilmu itu dengan belajar.
Berkata Al Hasan Al Bashriy : Para sahabat sering mengatakan : Kematian seorang aalim adalah keretakkan bagi islam, yang mana tidak ada yang dapat menutupnya selama bergantinya siang dan malam.
Dan ketika Zaid ibn Tsaabit -radhiyallahu andhu- meninggal, Ibn Abbas -radhiyallahu anhuma mengatakan : Wahai mereka, siapakah yang dapat mengetahui bagaimana hilangnya ilmu, maka seperti inilah hilangnya ilmu, demi Allah, telah hilang pada hari ini ilmu yang bnayak, telah wafat seseorang yang mengetahui sesuatu yang mana selain dirinya tidak mengetahui, maka pergilah apa yang bersamanya (ilmu) - dan ibn Abbas menunjuk pada kubur Zaid- kemudian mengatakan : Telah dikuburkan pada hari ini ilmu yang banyak.
Dan Yahya ibn Ma'iin mempunyai semangat yang tinggi untuk menghadiri muhadhoroh syaikh, mendengarkan nasehat mereka, dan dia sangat takut untuk kehilangan (tidak bisa datang).
Dari Abu Umaamah -radhiyallahu anhu- dia mengatakan : Wajib kalian atas ilmu ini sebelum ini diwafatkannya para ulama, dan sebelum ilmu ini diangkat.
Dan salah seorang dari mereka bersedih dan tertimpa penyakit jika kehilangan sedikit saja dari ilmu. Di antara hal tersebut adalah Syu'bah disebutkan padanya sebuah hadits yang dia tidak pernah mendengarnya, maka hal itu membuatnya berkata : Sungguh sedih sekali...
Dan dia juga mengatakan : Sesungguhnya aku diingatkan sebuah hadits, kemudian hilang dariku (lupa), MAKA AKU MENJADI SAKIT.
Dan berkata Maalik ibn Yakhoomar : Ketika Mu'adz akan wafat maka aku menangis, maka dia mengatakan: Apa yang engkau tangisi? Maka aku mengatakan : Demi Allah aku tidak menangis karena dunia yang mana aku memperolehnya darimu, akan tetapi aku menangis karena ilmu dan iman yang keduanya aku pelajari darimu. (Sangat sedih karena kehilangan guru yang mana merupakan tempat menimba ilmu -pent)
KEENAM : ENGKAU HARUS MENGETAHUI WAHAI ORANG YANG BERPALING DARI MENUNTUT ILMU, SIAPA SEBENARNYA ORANG-ORANG YANG BODOH DI ANTARA MANUSIA -SEMOGA ALLAH MENLINDUNGIKU DAN ENGKAU DARI HAL TERSEBUT- :
Berkata Aliy ibn Abiy Thoolib -radhiyallahu anhu- : Manusia itu ada tiga macam : Aalim rabbaaniy, penuntut ilmu di jalan keselamatan, dan orang yang lapar lagi bodoh, yang mana dia mengikuti setiap burung gagak yang berkoar, dia condong kemana angin selalu berhembus, dan cahaya ilmu tidak membuatnya bersinar, dan tiang yang kokoh tidak mampu melindunginya.
Aliy -radhiyallahu anhu- membagi mereka menjadi tiga golongan : Aalim rabbaniy, dan penuntut ilmu yang menempuh di jalan keselamatan, dan orang yang lapar lagi bodoh, dan orang yang kelaparan tersebut -Semoga Allah melindungiku dan engkau dari mereka- adalah orang-orang bodoh, yang mana mereka tidak dianggap.
Dan Aliy -radhiyallahu anhu- mensifati mereka : bahwa mereka adalah pengikut setiap koaran burung gagak; maksudnya : Setiap orang yang berteriak pada mereka dan menyeru mereka, maka mereka akan mengikuti orang tersebut, sama saja apakah dia menyeru kepada petunjuk atau kesesatan, karena mereka tidak mengetahui kemana mereka diseru : apakah kebenaran ataukah kebathilan?
Berkata Al Imaam Al Auzaa’iy rahimahullah : Manusia disisi kami adalah ahli ilmu, adapun yang selain mereka maka tidak ada apa-apanya.
Berkata Umar -radhiyallahu anhu- : Wafatnya SERIBU AABID (ahli ibadah) LEBIH RINGAN dari wafatnya seorang Aalim yang paham akan perkara halal dan haram.
2. Sebab yang memperdaya kebanyakan penuntut ilmu adalah SIBUKNYA MEREKA DALAM MEMPEROLEH RIZQI DAN BEKERJA KERAS DI DALAMNYA.
Ini adalah penyakit yang kedua, penyakit berbahaya yang memperdaya dari menuntut ilmu, engkau dapati kebanyakan manusia -Wal 'Iyaadzu billah- menjadi keledai di siang hari (saking kerasnya bekerja di siang hari -pent), dan mereka menjadi bangkai di malam hari (karena tidak pernah bangun malam -pent), karena kerasnya mejadi rizqi. Engkau dapati semisal mereka ketika orang-orang tersebut memperoleh jalan mendapatkan uang, maka mereka mengorbankan tenaganya, hati-hati mereka, pikiran mereka, bahkan hidup mereka, ya seluruh hidup mereka.
Dan ini -Wallahi- wabah yang besar, saya telah melihat -wallahi- kebanyakan manusia dengan sebab ini mereka meninggalkan ilmu yang merupakan hal paling mulia untuk dicari, mereka berlari meninggalkannya di belakang hal yang paling merugi untuk dicari ; yaitu Ad Dunyaa !!
Maka engkau dapati semisal mereka -ketika mereka dalam awal menuntut ilmu- jika mereka menemui hal yang paling rendah dan paling sedikit perbandingannya di antara perkara dunia -yang mana bisa jadi tempatnya diremehkan- dan di antara pelajaran yang mereka datangi, yang mana memberikan manfaat di akhirat mereka, maka mereka berpaling ke dunia, dan melarikan diri dari pelajaran, seakan-akan mereka TELAH TERLEPAS DARI IKATAN, dan SEAKAN-AKAN MEREKA MENUNGGU HAL INI, UNTUK DAPAT LEPAS DARI PERBUDAKAN BELAJAR.
Saudaraku, mengapa kita terus menerus memberikan kerendahan dalam agama kita? Mengapa kita terus menerus jika kita berada di antara dua perkara dunia dan akhirat kita memilih dunia? Mengapa kita tidak memilih akhirat sekali saja dalam hidup kita, sampai kita mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat?
Ya, mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan beramal dengannya adalah merupakan realisasi kebahagiaan yang hakiki; berkata Ibnul Qoyyim -rahimahullah- : KEBAHAGIAAN YANG HAKIKI adalah KEBAGAHIAAN ILMU YANG BERMANFAAT DAN BUAHNYA; Karena hal itu selalu ada di setiap keadaan yang berbeda-beda, dan adalah teman bagi seorang hamba dalam perjalanannya, dan di tiga negeri: Negeri dunia, negeri Barzakh, dan Negeri Akhirat, dan dengannya di daki tangga-tangga keutamaan dan derajat-derajat kesempurnaan.
Dan obat dari wabah yang berbahaya ini adalah :
Pertama : Engkau harus mengetahui bahwa barang siapa yang Allah mudahkan jalannya menuntut ilmu, maka dia berpaling darinya, dan tidak mempedulikannya, maka dia berhak mendapatkan siksa, murka dan adzab Allah ta'la.
Berkata sebagian salaf : Barang siapa yang Allah halangi darinya ilmu, maka Allah akan mengadzabnya atas kebodohannya, dan adzab yang paling keras darinya adalah ketika dia menerima ilmu atau Allah memberi petunjuk padanya, akan tetapi dia membelakanginya dan tidak beramal denganya.
Kedua : Ketahuilah bahwa hal ini adalah fitnah dan ujian, dan orang yang cerdas lagi pandai adalah orang yang memilih agamanya, dan mendahulukan agamanya dari dunianya, meskipun dunia itu mendatanginya dengan seindah-indah perhiasan dan keindahan. Lihatlah kepada atsar-atsar Salafush shoolih dalam mengutamakan ilmu syar'i dari segala kelezatan dan syahwat :
Berkata Ibnu Abbas -radhiyallahu anhumaa- : Ketika pintu-pintu kota dibuka maka manusia (berlomba) mendatangi dunia, sedangkan aku mendatangi Umar -radhiyallahu anhu-
Ketika pintu-pintu negri dibuka dengan sebab peperangan di jalan Allah, maka kebanyakan manusia mendatangi dunia, kecuali Ibnu Abbas yang cerdas lagi pandai, maka dia mendatangi Umar untuk belajar agama darinya.
Berkata seorang penyair :
لِكُلِّ بَنِي الدُّنْيَا مُرَادٌ وَمَقْصِدٌ
وَإِنَّ مُرَادِي صِحَّةٌ وَفَرَاغُ
لِأَبْلُغَ فِي عِلْمِ الشَّرِيعَةِ مَبْلَغًا
يَكُونُ بِهِ لِي لِلْجِنَانِ بَلاَغُ
وَفِي مِثْلِ هَذَا فَلْيُنَافِسْ أُولُو النُّهَى
وَحَسْبِي مِنَ الدُّنْيَا الغَرُورِ بَلاَغُ
فَمَا الْفَوْزُ إِلاَّ فِي نَعِيمٍ مُؤَبَّدٍ
بِهِ العَيْشُ رَغْدٌ وَالشَّرَابُ يُسَاغُ
Setiap para pencari dunia mempunyai maksud dan tujuan
Dan sesungguhnya tujuanku adalah kesehatan dan kelapangan
Untuk mendapatkan ilmu syar'i dengan sebenar-benarnya
Yang mana dengannya aku bisa memperoleh surga
Dan yang semisal dengan itu maka berlombalah orang orang yang cerdas
Cukuplah bagiku dunia yang menipu lagi memperdaya
Maka tidak ada kemenangan kecuali pada kenikmatan (surga) yang abadi
Dengannyalah kehidupan, kemakmuran, dan minuman diperoleh
Berkata seseorang kepada Al Hasan : Wahai Abu Sa'iid, maka Al Hasan berkata padanya : Ambillah seperenam dirham karena engkau telah sibuk untuk memanggil manggil : Wahai Abu Sa'iid
Ketiga : Engkau harus membaca atsar-atsar salaf bagaimana pengorbanan mereka dalam menuntut ilmu.
Keempat : Engkau harus mengetahui bahwa ilmu syar'i itu akan membukakan bagimu pintu rizqi.
Kelima : Engkau harus mengetahui bahwa dengan semangatmu dalam menuntut ilmu syar'i, maka Allah akan mencukupkanmu, dan memberikan barokah di dalam rizqimu
Lihatlah Sufyaan Ats Tsauri -rahimahullah- mengatakan : ketika aku ingin menuntut ilmu maka aku berdoa : Ya Allah, sesungguhnya kami membutuhkan penghidupan, dan aku melihat ilmu sedang dipelajari, maka aku katakan : Aku akan menghabiskan waktuku untuk mempelajarinya, dan beliau berkata : Dan aku meminta kepada Allah kecukupan.
Kemudian beliau terus bertekad kuat untuk belajar ilmu, sampai Ibunya memeliharanya/menanggung biayanya. Maka ibunya mengatakan : Wahai anakku, carilah ilmu, dan aku akan menanggung biayamu/mencukupimu dengan alat pemintalku.
Maka ketika LURUS/JUJUR NIATNYA -rahimahullah- DAN BERTEKAD DENGAN KERJA KERAS UNTUK MERAIHNYA, maka Allah mudahkan baginya untuk belajar, sampai...akhirnya beliau menjadi Amiirul Mu'miniin fil Hadiits.
Keenam : Engkau harus mengetahui ukuran/nilai majelis ilmu yang engkau tinggalkan, yang engkau remehkan karena tujuan dunia yang fana yang akan pergi darimu.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabada : Sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta'aala - mempunyai malaikat-malaikat yang terus berkeliling mencari majelis dzikir. Apabila mereka menemukan majelis dzikir tersebut, maka mereka akan duduk bersama mereka, dan mereka akan mengembangkan sayapnya satu dengan yang lainnya, sampai sayap tersebut memenuhi ruang di antara mereka dan langit dunia. Maka apabila majelis dzikir telah selesai, mereka akan naik ke langit, Kemudian Rasulullah meneruskan sabdanya : Kemudian mereka ditanya Allah azza wa jalla -dan Allah Maha Mengetahui tentang keadaan mereka- Dari mana kalian datang? Jawab : Dari sisi hamba-hamba Mu di Bumi, yang mana mereka senantiasa bertasbih, bertakbir, bertahlil, dan bertahmid, dan meminta kepada Mu, Allah ta'ala berfirman : Apa yang mereka minta dariKu? Jawab : Mereka meminta surga Mu, Allah berfirman : apakah mereka sudah melihat surga Ku? Jawab : belum, mereka belum melihatnya ya Allah. Allah berfirman : Bagaimana seandainya kalau mereka sudah melihat surgaKu? Malaikat berkata : Mereka juga memohon perlindungan kepada Mu ya Allah. Allah berfirman : Dari apa mereka memohon perlindungan kepada Ku? Jawab : Mereka minta perlindungan dari neraka Mu ya Allah. Allah berfirman : Apa mereka sudah pernah melihat neraka Ku? Jawab : belum, mereka belum pernah melihatnya. Allah berfirman : Maka bagaimana jika seandainya mereka sudah pernah melihatnya. Para malaikat berkata : Ya Allah mereka juga memohon ampun kepada Mu? Allah ta'ala berfirman : Ketahuilah para malaikat Ku, sesungguhnya aku telah mengampuni mereka, memberikan apa yang mereka minta, dan melindungi mereka dari api neraka. Para malaikat berkata : Ya Allah di dalam majelis itu ada seorang hamba yang berdosa dan kebetulan hanya lewat lalu duduk bersama mereka. Maka Allah berfirman : Ketahuilah bahwa sesungguhnya Aku akan mengampuni orang tersebut. Sesungguhnya mereka itu adalah suatu kaum yang teman duduknya tidak akan celaka karena mereka. (Perbandingan nilai yang jauh antara apa yang didapat ketika mencari dunia dan datang di majelis ilmu -pent)
Berkata Sahl ibn Abdillah At Tastariy : Barang siapa yang menginginkan untuk melihat majelisnya para nabi, maka lihatlah majelisnya para ulama.
Ketujuh : Engkau harus mengetahui bahwa berpaling ke dunia, dan meninggalkan menuntut ilmu syar'i adalah merupakan macam-macam kerendahan yang sangat dalam.
3. Dan adapun sebab yang ketiga : APA-APA YANG DIRASAKAN PENUNTUT ILMU DARI MASYAQQOH BADANIYYAH ATAU MASYAQQOH DZAHNIYYAH (KESULITAN BADAN, DAN KESULITAN PIKIRAN).
Kesulitan badan adalah seperti tempat pembelajaran yang jauh sekali, maka dia menjadi berat untuk pergi kesana, seolah-olah tempatnya tidak cocok untuknya, maka dia menjadi orang yang misalnya suka terlambat, dan meski dia datang di pelajaran akan tetapi dia tidak mendapatkan transportasi untuk pulang lagi ke rumahnya, atau dia akan datang ke rumah terlambat.... dan hal-hal lain yang semisal.
Adapaun kesulitan pikiran maka seperti seorang penuntut ilmu yang kesulitan memahami materi-materi syari'ah tertentu, dan itu seperti ilmu nahwu yang mana membantu banyak penuntut ilmu ketika mengalami kesulitan.
Dan saya katakan untuk menjawab hal tersebut :
Pertama : agar engkau mengetahui -Saudaraku penuntut ilmu- bahwa kesulitan dalam meraih ilmu adalah perkara kauniyyah, dan sunnah kauniyyah pastilah terjadi, dan pastilah menuntut ilmu berbarengan dengan kesulitan, dan sebaliknya kesulitan untuk berbarengan dengan menuntut ilmu, dan keduanya tidak akan terpisah selamanya. Maka kaidah yang digunakan untuk mengecualikannya adalah : BAHWA ILMU TIDAK BISA DIRAIH DENGAN JASAD YANG SANTAI, dan bahwa barang siapa yang menuntut ilmu pasti akan begadang malam, dan bahwa sebagian ilmu tidak akan memberikan dirinya padamu sampai engkau memberikan seluruh dirimu padanya, dan bahwa barang siapa menginginkan peristirahatan di akhirat maka dia akan maka dia akan meninggalkan peristirahatan badannya, dan lihatlah atsar berikut ini :
Berkata Al Ashmu'iy : Barang siapa yang tidak merasakan pahitnya menuntut ilmu sesaat, maka dia akan merasakan rendahnya kebodohan selamanya.
Dan dari sebagian salaf : Barang siapa yang TIDAK SABAR (PENGEN CEPAT BISA TAPI TIDAK MAU SUSAH, PENGEN BISA HURA-HURA DAN SENANG TERUS, NYANTAI -PENT) UNTUK BELAJAR, MAKA SISA UMURNYA BERADA DALAM KEBODOHANNYA, dan barang siapa yang bersabar atas menuntut ilmu maka urusannya akan menjadi kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Berkata Abul Faraj ibnul Jauziy -rahimahullah- : Aku memperhatikan dengan heran, bahwa segala sesuatu mempunyai jalan yang berbahaya yang panjang untuk dilewati, dan akan banyak rasa lelah untuk meraihnya, karena sesungguhnya ilmu yang mana dia merupakan semulia-mulianya perkara, maka tidak mungkin diraih tanpa rasa letih, dan tanpa begadang, tanpa mengulang-ulang, dan harus mengharamkan kelezatan dan rasa nyaman, sampai sebagian ahli fiqh mengatakan : Aku telah menetap selama bertahun-tahun ingin menikmati bubur daging yang aku tidak pernah bisa membelinya, karena waktu dijualnya adalah waktu mendengarkan pelajaran.
Dan sungguh indah orang yang mengatakan :
فَقُلْ لِمُرَجِّي مَعَالِي الأُمُورِ
بِغَيْرِ اجْتِهَادٍ رَجَوْتَ المُحَالاَ
Katakanlah kepada orang yang berharap kemuliaan urusan-urusan
Yang mana mereka tidak mau bersungguh-sungguh, Engkau telah berharap hal yang mustahil
Berkata Muslim dalam Shahihnya : Berkata Yahyaa ibn Abi Katsiir : Ilmu tidak akan di raih dengan jasad yang santai/nyaman.
Dan dikatakan : Barang siapa yang menginginkan kenyamanan di akhirat maka dia akan meninggalkan kenyaman di negeri dunia.
Berkata seorang penyair :
فَيَا وَصْلَ الحَبِيبِ أَمَا إِلَيْهِ
بِغَيْرِ مَشَقَّةٍ أَبَدًا طَرِيقُ
لاَ تَحْسَبِ المَجْدَ تَمْرًا أَنْتَ آكِلُهُ
لَنْ تَبْلُغَ المَجْدَ حَتَّى تَلْعَقَ الصَّبْرَا
Wahai penyambung cinta kepadanya
Yang engkau tidak mau kesusahan dalam menggapai jalannya
Jangan pernah engkau sangka bahwa kemuliaan itu adalah kurma yang engkau makan (yakni mudah dan enak -pent)
Karna kau tak akan bisa mencapai kemuliaan tersebut tanpa menjilat kesabaran
Dan para ahli ilmu -rahimahullah- senantiasa melalui kesukaran yang berat untuk meraih ilmu, Imam Ibn Hisyaam seorang ahli nahwu -rahimahullah- pemilik kitab Qothrun Nadaa dan Al Mughniy dan selainnya menasehati para penuntut ilmu untuk bersabar dari kesulitan dalam meraihnya, karena itu adalah SYARAT UNTUK MENDAPATKAN YANG DIINGINKAN (YAITU ILMU YANG MULIA DAN BERHARGA), maka beliau mengatakan :
وَمَنْ يَصْطَبِرْ لِلْعِلْمِ يَظْفَرْ بِنَيْلِهِ
وَمَنْ يَخْطُبِ الحَسْنَاءَ يَصْبِرْ عَلَى الْبَذْلِ
وَمَنْ لَمْ يُذِلَّ النَّفْسَ فِي طَلَبِ العُلَى
يَسِيرًا يَعِشْ دَهْرًا طَوِيلاً أَخَا ذُلِّ
وَمَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً
تَجَرَّعَ ذُلَّ الجَهْلِ طُولَ حَيَاتِهِ
Barang siapa bersabar terhadap ilmu maka dia akan memperolehnya
Dan barang siapa yang melamar wanita cantik lagi baik, maka dia akan bersabar untuk mengorbankan yang dia miliki
Dan barang siapa yang tidak merasakan pahitnya diri ketika menuntut sesuatu yang tinggi
Maka dia akan menjalani kehidupannya sepanjang waktu bersama kerendahan.
Dan barang siapa yang tidak merasakan pahitnya menuntut ilmu sesaat saja
Maka dia akan meneguk hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan aku mengingatkan pada diriku sendiri - yaitu : Abu Anas- Sesungguhnya aku ini masih dalam permulaan menuntut ilmu, dan aku menetapi waktu sekitar satu tahun yang mana aku kesulitan yang amat sangat dalam memahami nahwu, dan bersama dengan itu aku sangat bersemangat untuk menghadiri pelajaran, sampai Allah anugerahkan padaku pemahaman, falhamdulillah atas segala nikmat-nikmatnya.
Maka wajib bagimu wahai penuntut ilmu untuk berusaha keras untuk meraihnya, karena perkara ini sebagaimana yang dikatan ibnul Junaid : Tidaklah seseorang mempelajari sesuatu dengan kerja keras, dan kejujuran melainkan dia akan memperolehnya, maka jika dia tidak memperoleh seluruhnya dia akan mendapatakan sebagiannya.
Berkata murid-murid Al Allaamah Bahjah Al Atsary tentangnya : aku mengingat bahwa aku tidak dapat hadir mengikuti pelajaran pada suatu hari yang mengkhawatirkan, angin yang sangat kencang, hujan yang deras, banyak lumpur, dan aku mengira bahwa Syaikh tidak akan datang ke tempat belajar, maka ketika aku berangkat di hari yang kedua untuk belajar, maka Syaikh menghardik dengan nada marah :
Tidak ada kebaikan bagi orang yang terhalang belajar karena panas dan dingin
Kedua :
Agar engkau saudaraku penuntut ilmu tahu bahwasanya dengan ketidaksukaan terhadap kepahitan ini dan rasa lelah ini yang mana engkau dapati ketika menuntut ilmu, melainkan Allah akan mencampurkan kepahitan ini dengan rasa manis dan kellezatan yang engkau tidak akan mendapatinya kecuali ketika berusaha menuntut ilmu, dan dengarlah apa yang dikatakan salafush shoolih -rahimahumullah- :
Berkata Ibn Abi Haatim : Aku mendengar Al Muzanniy mengatakan : dikatakan kepada Asy Syaafi'iy : bagaimana rasa keinginanmu terhadap ilmu? Maka dia menjawab : aku ingin mendengar huruf demi huruf -maksudnya : kata demi kata- yang mana aku belum mendengarnya, maka anggota badanku ingin mempunyai pendengaran yang mana dia dapat menikmati sebagaimana telinga-telinga menikmatinya.
Maka diaktakan padanya : bagaimana semangatmu atas ilmu?
Maka dia menjawab : semangat bermacam-macam yang berkumpul/banyak untuk memperoleh kelezatan sebagaimana memperoleh harta
Maka dikatakan padanya : bagaimana caramu mencarinya?
Maka dia menjawab : Sebagai mana seorang perempuan yang tersesat mencari anaknya, dan dia tidak mempunyai anak yang lain.
Berkata Az Zamakhsyariy -rahimahullah- mensifati kelezatan yang dirasakan ahli ilmu dengan bangun malam, dan begadang panjang :
سَهَرِي لِتَنْقِيحِ العُلُومِ أَلَذُّ لِي
مِنْ وَصْلِ غَانِيَةٍ وَطِيبِ عِنَاقِ
وَتَمَايُلِي طَرَبًا لِحَلِّ عَوِيصَةٍ
أَشْهَى وَأَحْلَى مِنْ مُدَامَةِ سَاقِي
وَصَرِيرُ أَقْلاَمِي عَلَى أَوْرَاقِهَا
أَحْلَى مِنْ الدُّوكَاءِ وَالعُشَّاقِ
وَأَلَذُّ مِنْ نَقْرِ الفَتَاةِ لِدُفِّهَا
نَقْرِي لِأُلْقِي الرَّمْلِ عَنْ أَوْرَاقِي
أَأَبِيتُ سَهْرَانَ الدُّجَى وَتَبِيتَهُ
نَوْمًا وَتَبْغِي بَعْدَ ذَاكَ لَحَاقِي؟!
Waktu begadangku untuk memperbaiki ilmu adalah lebih lezat bagiku...
Dari mendapatkan kekayaan dan daging kambing yang lezat...
Dan aku berjalan miring/sempoyongan gembira karena berhasil menyelesaikan masalah
Adalah lebih nikmat dan lebih manis dari minuman yang dihidangkan pelayan
Dan bunyi penaku di atas kertas-kertas
adalah lebih manis dari minuman manis dan rasa asmara
Dan adalah lebih lezat dari tabuhan duff pemuda
Yaitu tabuhanku ketika membersihkan kerikil dari kertas-kertasku
Apakah aku yang begadang dalam kegelapan malam dan engkau di malam hari
tidur kemudian setelah itu engkau menyangka akan memperoleh hasil yang sama denganku?
Dan dengan syair tadi selesailah apa yang aku inginkan untuk dijelaskan, dan hanyalah Allah tempat aku meminta untuk menjadikan perkataan-perkataan ini bermanfaat, dan agar dapat dibaca kepada saudara-saudaraku untuk meraih ilmu syar'i
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Tanbiih penerjemah :
Hendaknya perkataan berupa targhiib dan tarhiib dari para pendahulu kita ini tidak dijadikan hal untuk menghukumi keadaan seseorang. Kemudian terjadi vonis pada seseorang "Anda pemalas, anda tidak mendapat barokah hari ini" "Anda bla bla bla, fulan bla bla bla" karena bisa jadi kita tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari orang tersebut. Kalau anda mendapati keadaan yang demikian (baca : buruk) pada saudara anda, maka berkhusnuzhonlah dan carilah banyak banyak udzur yang yang bisa dijadikan alasan untuknya. Para salaf terhadap dirinya tidak bermanja-manja, tidak banyak beralasan, akan tetapi mereka terhadap orang lain sangat lembut dan penyayang, dan memberikan udzur. Bandingkan keadaan mereka dengan kita yang sangat jauh dari mereka. Apakah yang sudah kita korbankan untuk meraih ilmu yang mulia ini?
Wallahu a'lam
Diterjemahkan dari kitab
القصور في طلب العلم: أسبابه وعلاجه
dengan peringkasan dan sedikit penambahan
Link download :
http://www.archive.org/download/zamallahn/zamallahn.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar