PERSIAPAN PARA SALAF DALAM
MENGHADAPI RAMADHAN
Jika di Bulan Ramadhan para salaf mampu melakukan amalan-amalan “berat”. Bagaimana persiapan mereka sebelum memasuki bulan suci ini?
Ternyata para salaf sudah melakukan persiapan yang cukup maksimal. Ini bisa dilihat dari mujahadah mereka sebelum Ramadhan.
Habib bin Abi Tsabit mengatakan, “Bulan Sya’ban adalah bulan qura` (para pembaca Alquran)”. Sehingga pada bulan itu, para salaf konsentrasi terhadap Alquran. Salah satu diantara mereka adalah Amru bin Qais, ahli ibadah yang wafat tahun 41 Hijriyah ini, ketika Sya’ban tiba, ia menutup tokonya dan tidak ada aktivitas yang ia lakukan selain membaca Alquran.
Bulan Ramadhan di pandangan para salaf adalah bulan mulia yang amat dinanti-nanti, sehingga mereka mempersiapkan jauh-jauh untuk menyambut “tamu idaman” ini, yakni dua bulan sebelum bulan suci datang. Sudahkah mempersiapkannya
sebagaimana para salaf bersiap-siap?
As-Sirri as-Siqathi berkata: Tahun adalah pohon, bulan adalah cabangnya, hai-hari adalah dahannya, jam adalah daun-daunnya, dan napas hamba adalah buahnya. Maka bulan Rajab adalah hari-hari berdaunnya, Sya’ban adalah hari-hari bercabangnya, dan Ramadhan adalah hari-hari memetiknya, dan orang-orang beriman adalah para pemetiknya.
Adapun untuk mempersiapkan Ramadhan, kita bisa belajar dari Taqi Ad Din As Subki (756 H). Beliau memiliki kebiasaan dikala datang bulan Rajab, yakni tidak pernah keluar dari rumah kecuali untuk melakukan shalat wajib, dan hal itu terus berjalan hingga Ramadhan tiba. (Thabaqat As Syafi’iyah Al Kubra). Ini ditempuh supaya beliau lebih bisa konstrasi beribadah, sehingga ketika Ramadhan telah tiba, fisik dan batin sudah memiliki kesiapan untuk melakukan dan meningkatkan mujahadah dalam beribadah.
Selain itu, adapula Khatib As Syarbini (977 H), ulama Mesir penulis Mughni Al Muhtaj, juga memiliki cara tersendiri agar bisa konsentrasi melakukan ibadah ketika Ramadhan tiba. Yakni, tatkala terlihat hilal Ramadhan, beliau bergegas dengan perbekalan yang cukup untuk ber’itikaf di masjid Al Azhar, dan tidak pulang, kecuali setelah selesai menunaikan shalat ied. (lihat, biografi singkat As Syarbini dalam Mughni Al Muhtaj)
***
Dijelaskan oleh Al-Ustadz Khalid Syamhudi hafidzahullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar