Rabu, 18 Juli 2012

Ketika Ilmu Membahayakan Pemiliknya


Ketika Ilmu Membahayakan Pemiliknya

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz-gX60bbB6UFP2_qKoTc0FMaU1-yrfeNixrOFkB_nUiz06LugZTItZC3WVH3kMcxhRukn8kdKmTMBsAi9XJVnoHax00bPUBcCaeToL2oi_t1z3VMLiLF-4_Gf9WlbZZ9l6BGTqgrOzleJ/s320/Ilmu+Sebelum+berbicara+n+beramal.jpg
Oleh Ibnu Mukhtar

Segala puji hanyalah milik Alloh yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala kebaikan. Sholawat dan salam untuk Rosululloh, istri-istri dan keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya yang setia kepada agama dan sunnahnya sampai akhir zaman. Semoga Alloh menjadikan kita termasuk orang-orang sholeh dari kalangan umatnya yang layak untuk memasuk surga-Nya kelak, aamiin.

Saudaraku, sungguh tidak diragukan lagi bahwa ilmu syar’ie –pengetahuan yang membimbing kepada ucapan dan amalan yang dicintai Alloh dan diridhoi-Nya- merupakan sebab kemuliaan dan keutamaan bagi pemiliknya. Betapa banyak manusia yang tidak diperhitungkan pada awalnya namun karena kefahaman agama yang dimilikinya maka jadilah ia sosok mulia dan panutan di tengah-tengah kaumnya. Bahkan tidak jarang pula jika keutamaan dan kedudukan mereka yang berilmu itu sampai terdengar di negeri yang jauh darinya.

Semoga Alloh merahmati Amirul Mukminin Sulaiman bin Abdul Malik yang mengatakan : “Wahai Anakku..carilah ilmu.. karena dengan ilmu, rakyat bawahan bisa menjadi terhormat..para budak bisa melampaui derajat para raja” ( Mereka adalah para Taabi’in hal. 17 )
Saudaraku, meskipun Alloh dan Rosul-Nya telah menjelaskan keutamaan ilmu dan kemuliaan orang yang memilikinya, ternyata banyak pula perkara yang justru bisa membahayakan dan membinasakan diri orang berilmu itu. Di antaranya adalah sebagai berikut :

Pertama, ketika niyat dalam menuntut ilmu itu bukanlah untuk mencari keridhoan Alloh Ta’aala dan kecintaan-Nya. Namun ia memaksudkan darinya untuk dikenal sebagai seorang berilmu,  berbangga-bangga di hadapan ahli ilmu (para ulama), memperdebat orang-orang bodoh, mencari perhatian dan kedudukan di mata manusia, atau untuk mencari dunia dan perhiasannya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ». يَعْنِى رِيحَهَا.

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu yang seharusnya ia tujukan mencari wajah Alloh ‘Azza wa Jalla, ia tidak mempelajarinya melainkan untuk mencari dengannya perhiasan dunia maka ia tidak akan mencium bau Surga di hari kiamat.” HR. Abu Dawud dalam sunannya no. 3666, dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh dalam Shohihut Targhib wat Tarhib no. 105

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ لِيُبَاهِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيَصْرِفَ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَهُوَ فِى النَّارِ »

Dari Abdulloh bin Umar rodhiyallohu ‘anhuma dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda ; “Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang-orang bodoh, atau berbangga-bangga di hadapan para ulama atau memalingkan manusia kepadanya maka dia di Neraka.”  HR. Ibnu Majah dalam sunannya no. 262 dinilai Shohih lighoirihi oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh dalam Shohihut Targhib wat Tarhib no. 109

Maka untuk orang-orang yang niyatnya salah dalam menuntut ilmu inilah Alloh Ta’aala mengatakan :

كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ. وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ.

“Engkau dusta, engkau belajar ilmu supaya dibilang seorang ‘alim’, dan engkau membaca Al Qur’an agar disebut ‘Qori’, dan itu telah dikatakan tentang engkau demikian. Kemudian diperintahkan agar ia diseret dengan wajahnya hingga ia dicampakkan ke dalam neraka.”   HSR. Muslim dalam shohihnya no. 5032

Kedua, menyembunyikan ilmu yang benar yakni tidak mau menerangkan kepada manusia tentang ajaran Islam yang sebenarnya padahal ia mengetahuinya.  Ia takut jika              menerangkan ajaran Islam sebagaimana mestinya –yakni sesuai Al Qur’an dan Sunnah- maka manusia akan lari dari sekelilingnya. Ia cemas jika berbagai jadwal khuthbah Jum’at dan ceramah yang biasa ia berikan dikurangi atau dihilangkan darinya. Bahkan ia pun merasa takut tak memiliki tempat tinggal, teman dan pekerjaan jika harus menjelaskan ajaran Islam itu apa adanya kepada manusia.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ »

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahuinya lalu ia menyembunyikannnya maka ia akan dikekang dengan tali kekang dari api Neraka.” HR. Tirmdizi dalam sunannya no. 2861 dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh dalam Misykatul Mashobih no. 223

Meskipun demikian, para Ahli Ilmu berpendapat bahwa menunda penyampaian karena adanya mashlahat yang besar atau menyembunyikan pengetahuan dari mereka yang tidak pantas untuk mendapatkannya bukanlah termasuk menyembunyikan ilmu yang terlarang, wallohu a’lam.

Ketiga, meninggalkan pengetahuan yang telah diketahuinya baik karena kelalaian atau karena menghendaki kemashlahatan dunia daripada keselamatan akhirat.

Saudaraku,  Alloh dan Rosul-Nya memerintahkan kita menuntut ilmu sebelum kita berbicara dan beramal adalah agar ia ( yakni ilmu itu ) menjadi pedoman kita dalam mendapatkan keridhoan Alloh dan kecintaan-Nya. Maka berbahagialah jika kita termasuk orang yang disibukkan dengan ilmu yang bermanfaat dan amalan yang sholeh. Dan merugilah mereka-mereka yang telah memiliki pengetahuan yang benar tentang agama ini lalu ia menyia-nyiakan atau meninggalkannya.

Renungilah Firman Alloh berikut :

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175)

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami , kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaithon , maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176)

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya . Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.  Maka ceritakanlah  kisah-kisah itu agar mereka berfikir. ( QS. Al A’roof ; 7 : 175-176 )

Keempat, mempelajari ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat bahkan mendatangkan bahaya seperti sihir dan perdukunan, perbintangan dan lainnya.

Saudaraku, sungguh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam telah meminta ilmu yang bermanfaat dan memerintahkan umatnya untuk mencarinya. Beliau pun berlindung dari ilmu yang tak bermanfaat dan memerintahkan umatnya untuk memohon perlindungan kepada Alloh darinya. Maka merupakan sebuah kebinasaan bagi mereka yang menyibukkan dirinya dengan ilmu-ilmu yang tidak membawa manfaat bahkan membawa bahaya seperti sihir dan perdukunan, perbintangan, ilmu kalam dan lainnya.

Berkata Imam Malik bin Anas rohimahulloh :

لَوْ كَانَ الْكَلامُ عِلْمًا لَتَكَلَّمَ فِيْهِ الصَّحاَبةُ وَالتَّابِعُوْنَ كَمَا تَكَلَّمُوْا فِيْ اْلأَحْكاَمِ وَ الشَّرَائِعِ ؛ وَلَكِنَّهُ باَطِلٌ يَدُلُّ عَلَى بَاطِلٍ

“Seandainya ilmu kalam itu merupakan ilmu yang bermanfaat niscaya para sahabat dan Taabi’in berbicara tentang hal itu sebagaimana mereka berbicara tentang hukum dan syari’at. Akan tetapi ilmu kalam itu bathil yang menunjukkan akan kebathilannya.” Al Baghowi dalam Syarhus Sunnah 1/217

Saudaraku, demikian di antara perkara yang membahayakan orang-orang yang berilmu. Semoga Alloh membimbing kita semua kepada ucapan dan amalan yang dicintai dan diridhoi-Nya, dan melindungi kita semua dari apa-apa yang dibenci dan dimurkai-Nya, aamiin.

Catatan sederhana ini aku tulis di Cibaruis, pada hari Selasa tanggal 9 Muharrrom 1433 H / 5 Desember 2011 M

Berkata Ibnu Mukhtar –seorang hamba yang sangat membutuhkan ampunan dan rahmat Robbnya- mengakhiri catatan sederhananya :

“Ya Alloh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, hati yang bertakwa, lisan yang jujur lagi pandai bersyukur, dan amal yang diterima..Ya Alloh jadikanlah sisa umurku penuh ampunan, kebaikan dan keberkahan dari-Mu..Ya Alloh selamatkanlah aku dan jadikan aku termasuk penghuni surga-Mu, aamiin”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar