Senin, 27 Mei 2013

Waspadai 10 Kondisi Kehamilan Penyebab Gangguan Janin

Waspadai 10 Kondisi Kehamilan Penyebab Gangguan Janin

OPINI | 09 April 2013 | 02:37 Dibaca: 2133    Komentar: 0    2 bermanfaat


Memiliki buah hati yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap pasangan hidup saat dalam kehamilan yang sedang menunggu kelahiran bayinya. Orangtua dan dokter harus mewaspadai berbagai kondisi saat kehamilan yang sebagian tidak disadari kondisi lingkungan dan kesehatan individu ibu hamil berpengaruh dalam kesehatan janinnya.
Banyak faktor internal dan eksternal dari ibu hamil yang dapat berpengaruh dalam menentukan tumbuh kembang janin sehingga dapat mengganggu kesehatan bayi saat dilahirkan. Masa depan anak dan kehebatan buah hati kita ternyata sangat ditentukan sejak dini khususnya saat kehamilan.

  1. Asap Rokok Bukan hanya merokok langsung secara aktif, perokok pasif atau terhirup asap rokok di lingkungan bagi ibu hamil bisa berdampak buruk. Paparan asap rokok pada ibu hamil dengan lingkungan yang penuh asap rokok beresiko akibatkan asma dan gangguan pernafasan pada anak-anak. Penelitian lain pada anak yang terlahir dari ibu yang terpapar asap rokok selama masa kehamilan berisiko dua kali lebih tinggi mengalami gangguan perhatian dan cenderung agresif ketika mencapai usia lima tahun. Pwnelitian lain menyatakan bahwa merokok merupakan penyebab nomer satu dalam lahirnya bayi dengan kondisi buruk, seperti lahir prematur, bayi yang lahir terlalu kecil pertumbuhan terlambat, kerusakan organ tubu yang paling parah adalah kegagalan janin atau kematian. Jika bayi yang terkontaminasi zat kimia rokok berhasil lahir, maka akan terjadi kelainan dalam perkembangan tubuh dalam hal berat serta ukuran, organ tubuh seperti paru-paru yang tidak berfungsi secara optimal serta fungsi otak yang terbelakang. Asap rokok ini mengandung berbagai macam bahan kimia yang berbahaya, lebih dari sekitar empat ribu diantaranya sianida, nikotin, karbon monoksida serta 60 buah senyawa penyebab kanker. Jika seorang ibu hamil merokok, maka semua zat-zat kimia tersebut akan mengalir dalam darah dan sampai ke janin. Sementara dari empat ribu bahan kimia itu tidak ada satu pun yang baik bagi bayi, maka yang terjadi adalah bayi akan terkontaminasi zat kimia berbahaya bahkan sebelum ia tumbuh. Nikotin serta karbon monoksida bisa berakibat gangguan janin karena dapat mengurangi pasokan oksigen lewat tali pusat. Nikotin berkerja seperti kolesterol yang menyebabkab penyempitan pembuluh darah ibu hamil dan menyumbat aliran oksigen di seluruh pembuluh darah termasuk tali pusat. Keadaan akan semakin memburuk karena sel-sel darah merah yang membawa oksigen pada akhirnya juga bisa membawa molekul karbon monoksida dan menyalurkannya ke janin.

  2. Flu Berkepanjangan Risiko skizofrenia atau gangguan jiwa tiga kali lipat saat ibu sakit flu selama paruh pertama kehamilan dan meningkat tujuh kali lipat jika paparan terjadi pada trimester pertama. Risiko secara keseluruhan adalah kecil, namun. Temuan menunjukkan bahwa sekitar 97% anak lahir dari ibu yang terserang flu saat hamil beresiko skizofrenia. Meskipun peneliti tidak tahu mekanisme kerja, diduga antibodi yang dikeluarkan oleh sistem kekebalan tubuh ibu dapat mempengaruhi perkembangan otak. Tapi efek langsung dari virus flu juga masih diteliti. Selain itu penemuan mengejutkan lain menunjukkan bahwa sebuah studi longitudinal 1.959 bayi yang lahir pada minggu pertama Maret 1958 untuk ibu yang dilaporkan memiliki mengalami influenza selama kehamilan mengungkapkan insiden kanker sebesar 4,1 per 1.000 dibandingkan dengan hanya 0,8 per 1.000 antara 14.791 bayi dari ibu yang tidak mengalami influenza. Ternyata flu saat hamil jangan diremehkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami flu beresiko cacat janin, kanker dan Skizofrenia. Sebuah tim dari California Institute of Technology peneliti telah menemukan sebuah link yang tak terduga menghubungkan skizofrenia dan autisme pada saat kehamilan Sebuah tim dari California Institute of Technology peneliti telah menemukan sebuah link yang tak terduga menghubungkan skizofrenia dan autisme pada saat kehamilan. Efek teratogenik diduga bukan langsung dari virus influenza diduga reaksi autoimunitas dari tubuh yang berpengaruh terhadap janin. Prevalensi prevalensi lebih tinggi dari CA ditunjukkan di atas dapat dijelaskan terutama oleh demam, karena risiko ini berkurang penggunaan obat antifever. Suplementasi asam folat Periconceptional juga menunjukkan beberapa efek pencegahan untuk ini CA.

  3. Kekurangan Asam FolatKonsumsi asam folat yang cukup saat kehamilan merupakan kunci perkembangan dan metabolisme sel pada awal terjadinya pembuahan. Kekurangan asam folat akan menyebabkan bayi menderita spina bifida dan kecacatan lainnya. Asam folat juga diketahui sebagai koenzim untuk produksi DNA serta meningkatkan replikasi sel. Asam folat sangat dibutuhkan justru pada saat kehamilan belum disadari, yakni pada minggu kedua sampai keempat pertumbuhan janin. Seorang perempuan usia produktif membutuhkan asam folat 400 mikrogram setiap harinya. Kita bisa mendapatkannya dari sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, buah-buahan seperti lemon, pisang, dan melon, serta produk makanan yang sudah difortifikasi.

  4. Infeksi TORCH TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.

  5. Konsumsi antidepresan Padahal berdasarkan review terhadap sejumlah studi diketahui jika konsumsi antidepresan selama hamil akan memberikan efek jangka panjang terhadap janin. Lebih dari 13 persen wanita mengonsumsi antidepresan saat hamil. Penelitianlain juga menemukan mengonsumsi salah satu jenis antidepresan yaitu selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) ketika hamil dikaitkan dengan tingginya risiko keguguran, lahir cacat, persalinan prematur dan gangguan perilaku pada bayi, termasuk autisme. Padahal 3 persen wanita yang mengonsumsi antidepresan selama hamil dilaporkan menggunakan SSRI. Antidepresan memang memberikan manfaat nyata bagi wanita dengan gangguan kesehatan mental, sebaiknya mereka konsumsi sebelum memutuskan untuk hamil.

  6. Kekuarangan Yodium Defisiensi atau kekurangan yodium saat kehamilan dapat melahirkan kretine endemik serta gangguan kognitif dan psikomotorik yang bersifat menetap. Namun kerusakan ini dapat dicegah hanya dengan memberikan masukanyodium yang cukup pada menu makanan sehari-hari selama kehamilan. Kretin endemic merupakan bentuk kerusakan otak derajat berat [major brain damage] akibat defisiensi yodium selama kehamilan. Manifestasi klinik secara klasik adalah kretin nervosa, miksedematosa atau campuran keduanya. Patogenisnya adalah akibat hipotiroidisme maternal dan fetal yang mempengaruhi perkembangan otak janin. Namun kretin endemic bukanlah fenomena yang all or one. Manifestasi klinik bentuk yang ringan [minimal brain damage] disebut subkretin, walaupun istilah ini belum secara luas digunakan. Gangguan perkembangan yang timbul meliputi bidang neuro-intelektual, yaitu kapasitas mental subnormal, gangguan psikomotorik dan gangguan pendengaran subklinik. Makin ringan defisiensi yodium makin ringan pula gangguan yang timbul, namun semuanya ireversibel. Karena pentingnya peran yodium serat hormon tiroid pada perkembangan otak, maka program penanggulangan GAKY [gangguan akibat kekurangan yodium] perlu mengupayakan kecukupan yodium khususnya pada kelompok resiko tinggi termasuk ibu hamil. Untuk itu cara yang paling aman bagi perkembangan otak adalah bila yodium diberikan pada wanita sebelum hamil atau wanita usia subur. Defisiensi yodium diproyeksikan akan selalu menjadi masalah kesehatan. Bidang ini merupakan bidang ilmu yang sangat menarik karena melibatkan banyak bidang ilmu kedokteran. Sedang di bidang ilmu penyakit saraf, defisiensi yodium menyangkut bidang neurologi perkembangan, neurolgy perilaku dan neurology sosial.

  7. Kekurangan Vitamin D Rendahnya kadar ‘vitamin sinar matahari’ selama hamil akan menyebabkan gangguan kesehatan, baik pada sang ibu maupun si anak. Sebuah kajian terhadap 30 penelitian mengungkapkan rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh seorang ibu dikaitkan dengan tingginya risiko diabetes gestasional, pre-eclampsia dan berat lahir yang rendah. Vitamin D berpengaruh sangat positif bagi ibu hamil dan calon bayinya. Selain fungsinya untuk mendukung pertumbuhan tulang, bayi yang lahir dari ibu yang cukup mengonsumsi vitamin D selama hamil cenderung lebih cerdas. Demikian kesimpulan penelitian di Spanyol yang melibatkan 2000 ibu dan bayi mereka. Kekurangan vitamin D diketahui terkait dengan perkembangan mental dan kemampuan gerak bayi. Kelompok wanita yang terancam defisiensi vitamin D pada umumnya adalah mereka yang kegemukan atau obesitas, berasal dari sosial ekonomi rendah, dan wanita yang kulitnya lebih gelap. Faktor geografi juga berpengaruh, mereka yang jarang terpapar sinar matahari juga memiliki level vitamin D lebih rendah.

  8. Paparan polusi udara Polusi udara yang disebabkan oleh lalu lintas, industri hingga debu selama masa kehamilan akan meningkatkan risiko berat lahir bayi rendah. Ada dua jenis polusi kendaraan bermotor yang berdampak pada pertumbuhan janin, yaitu partikel hitam dan nitrogen dioksida. Dua jenis polusi itu bisa masuk paru-paru dan mengganggu fungsi organ itu. Hasil studi di AS yang dipublikasikan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Komunitas sebagaimana dikutip situs BBC menyebutkan, tingginya paparan polusi dari asap kendaraan bermotor pada ibu pada awal dan akhir kehamilan bisa menyebabkan janin tidak tumbuh baik sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah. Namun penelitian terbaru menemukan bahwa penambahan asupan buah dan sayuran selama masa kehamilan dapat membantu melindungi janin dari efek polusi.

  9. Kegemukan Pada Kehamilan Berat badan sebelum hamil atau obesitas yang terjadi saat hamil (maternal obesity) meningkatkan risiko seorang wanita untuk terserang diabetes gestasional atau menjalani persalinan prematur, termasuk memberikan risiko obesitas dan diabetes pada si anak. Sebuah studi terbaru juga telah mengaitkan antara berat badan wanita pra-kehamilan dengan risiko asma pada anaknya. Menurut penelitian tahun 2013 terdapat 12 persen dari 1.100 anak yang terlahir dari ibu yang obesitas akan sering mengalami asma pada usia 14 bulan dibandingkan bayi yang terlahir dari ibu dengan berat badan normal (empat persen). Pencegahan dengan olahraga rutin dengan jalan kaki setidaknya selama 20 menit, empat kali seminggu.

  10. Diet Kafein Asupan kafein ibu yang tinggi selama masa kehamilan dapat membahayakan janin, tapi seberapa banyak kafein yang dianggap berbahaya itu masih diperdebatkan hingga kini. American College of Obstetricians and Gynecologists pun merekomendasikan agar wanita hamil membatasi asupan kafeinnya sebanyak 200 milligram perhari atau sama dengan dua cangkir kopi atau jangan lebih dari 6 ons perhari. Penelitian lain mengungkapkan asupan kafein yang terlalu sedikit juga erat kaitannya dengan peningkatan risiko bayi lahir dengan berat badan lebih kecil dari bayi normal. Beberapa penelitian juga menunjukkan peningkatan resiko keguguran pada wanita yang mengkonsumsi lebih dari 300 mg kafein per hari. Banyak penelitian yang dilakukan pada hewan menyatakan kafein dapat menyebabkan cacat lahir, berkurangnya kesuburan, dan masalah reproduksi lainnya.
Pencegahan
Untuk mencegah hal tersebut di atas ibu hamil sangat disarankan melakukan pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) sangat disarankan bagi para ibu hamil untuk memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Pemeriksaan kehamilan adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dari awal kehamilan hingga proses persalinan untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar tercapai kehamilan yang optimal.
WHO menyarankan agar melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 4 minggu sekali dari saat pemeriksaan kehamilan pertama kali hingga usia kehamilan 28 minggu, setiap 2 minggu sekali dari usia kehamilan 28-36 minggu dan setiap satu minggu sekali dari usia kehamilan 36 minggu hingga waktunya melahirkan.
Pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan sebanyak 4 kali yaitu :
  1. Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 0-3 bulan. Memang biasanya ibu tidak menyadari kehamilan saat awal masa kehamilan, tetapi sangat diharapkan agar kunjungan pertama kehamilan dilakukan sebelum usia kehamilan < 12 minggu. Pemeriksaan kehamilan ini cukup dilakukan sekali dan mungkin berlangsung 30-40 menit.

  2. Pemeriksaan kehamilan kedua yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 4-6 bulan. Biasanya kunjungan kehamilan dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 26 minggu. Pemeriksaan ini mungkin berlangsung 20 menit saja.

  3. Pemeriksaan kehamilan ketiga yang dilakukan saat usia kehamilan mencapai 32 minggu.

  4. Pemeriksaan kehamilan keempat. Ini merupakan pemeriksaan kehamilan terakhir dan dilakukan pada usia kehamilan antara 32-36 minggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar