Rabu, 02 Januari 2013

Sombong: Mewarisi Sifat Iblis


Sombong: Mewarisi Sifat Iblis

Bismillahirrahmaanirrahiimm

Disadari ataupun tidak, sering atau jarang, banyak atau sedikit, sikap sombong kadang menghinggapi kalbu seorang Muslim. Tak sedikit Muslim yang menyombongkan diri-atau paling tidak merasa bangga-karena kegantengan/kecantikan fisik, kecerdasan otak dan ilmu yang dimiliki, kebaikan keturunan atau keberlimpahan harta. terkadang kita  lupa bahwa semua itu bukan milik kita, tetapi milik Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kebetulan Dia titipkan kepada kita. Tentu aneh kalau kita merasa bangga dan menyombongkan diri atas milik Allah  Subhanahu wa Ta’ala yang kebetulan Allah titipkan kepada kita. Sama anehnya saat kita membanggakan diri dan bersikap sombong atas milik orang lain-misal: rumah, mobil, perhiasan, uang atau harta lain-yang kebetulan dititipkan kepada kita. Persis seperti tukang parkir yang merasa bangga dan menyombongkan diri saat banyak orang menitipkan mobilnya-termasuk mobil-mobil mahal dan mewah-kepada dirinya di tempat parkir mobil yang juga bukan miliknya.

Karena itu, sikap sombong dan membanggakan diri adalah sikap yang diharamkan Allah . Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): Janganlah kalian berjalan di muka bumi dengan penuh kesombongan (TQS al-Isra’ [17]: 37).

Allah  pun berfirman (yang artinya): Itulah kampung akhirat yang Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menghendaki kesombongan di muka bumi dan tidak pula membuat kerusakan. Akibat kebaikan itu adalah bagi kaum yang bertakwa (TQS al-Qashash [28]: 83).

Sombong (al-kibr) hakikatnya adalah sikap merendahkan orang lain sembari ‘meninggikan’ diri sendiri. Sombong kepada Allah  Subhanahu wa Ta’ala adalah kufur karena dengan itu ia tidak akan menaati Allah  dan menjalankan perintah-Nya. Siapa saja yang meninggalkan perintah Allah  atau melanggar larangan-Nya karena menyepelekannya adalah kafir. Adapun orang yang meninggalkan perintah Allah  dan melanggar larangan-Nya bukan karena menyepelekannya, tetapi karena dikuasai syahwat atau bersikap lalai, maka dia berarti bermaksiat.

Sementara itu, bersikap sombong kepada manusia-jika tanpa disertai maksud merendahkan syariah-Nya-adalah juga tindakan maksiat. Namun, jika seseorang merendahkan para nabi, malaikat atau para ulama karena muncul dari sikap merendahkan ilmu (Allah) maka dia pun bisa jatuh pada kekafiran (Lihat: Muhammad ‘Alan, Dalil al-Falihin, III/53).

Karena itu, tindakan merendahkan Baginda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa salam, melecehkan Alquran dan mencampakkan hukum-hukum Allah, misalnya, jelas termasuk ke dalam tindakan sombong yang tidak bisa ditoleransi. Dalam hal ini, Baginda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa salam, sebagaimana dituturkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra, pernah bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam kalbunya ada sikap sombong meski sebesar biji sawi.”

Seorang sahabat kemudian berkomentar, “Bagaimana jika seseorang menyukai pakaiannya tampak bagus, demikian pula alas kakinya (apakah termasuk sombong, pen.)?” Beliau kemudian menjawab, “Sesungguhnya Allah Mahaindah dan menyukai keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan cenderung merendahkan orang lain.” (HR Muslim).

Jika menolak kebenaran saja terkategori sebagai sikap sombong, apalagi melecehkan Baginda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa salam, Alquran atau hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai sumber kebenaran sejati.

Jika orang-orang sombong tidak akan masuk surga, artinya mereka bakal masuk neraka. Baginda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa salam bersabda, “Maukah kalian aku beritahu penduduk neraka? (Yaitu) Setiap orang yang kejam, kasar dan sombong.” (HR Mutaffaq ‘alaih).

Bukan saja tercela, kesombongan juga amat dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits qudsi, bahkan Allah  menyampaikan ancaman keras terhadap orang-orang yang sombong. Baginda Rasulullah  bersabda, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Kebesaran adalah pakaian-Ku dan kesombongan adalah jubah-Ku. Siapa saja yang merampas semua itu dari diri-Ku, Aku pasti akan mengazab dirinya.” (HR Muslim).

Lebih dari itu, orang sombong pada dasarnya mewarisi sikap iblis. Pasalnya, Iblislah yang pertama kali menunjukkan kesombongannya saat dia enggan memenuhi perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk bersujud kepada Nabi Adam alaihis-salam . Alasan iblis, Adam diciptakan dari tanah, sementara dia dari api, dan dengan itu dia merasa lebih mulia dan terhormat daripada Adam alaihis-salam. (Lihat: QS al-A’raf [7]: 12; Shad [38]: 76). Dengan demikian siapapun yang menolak perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala atau tidak mau tunduk-patuh pada syariah-Nya dan berhukum dengan hukum-hukum-Nya pada dasarnya adalah orang-orang yang mewarisi kesombongan iblis.

semoga kita tidak  melampaui sifat-sifat Iblis. Na’udzu bilLahi min dzalik.

 Wallahu musta’an

 Sumber www.media.isnet.org     dengan sedikit goresan tangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar